Nama : Sugianti
NUPTK : 7437754655300013
Asal Sekolah : SMPN 84 Jakarta
LK 3.6 Analisis Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik
Cerpen” Beras Aking”
Oleh : Ayu Pangestu
INI pilihanku ! Aku harus
menjalankan usaha beras aking ini!” tekadku tegas dalam hati . Ya , aku tak
mungkin menutup usahaku ini , yang sudah berjalan hampir satu tahun. Usaha yang
tidak membawa keuntungan banyak , tapi ada kebanggaan di hati. Itu karena
pengkonsumsi beras akingku adalah masyarakat miskin yang tidak mampu lagi
membeli beras yang harganya sudah menggila , sementara cacing di perut terus
menuntut atas kelaparannya. Dan usahaku ini adalah solusi untuk mereka dan
cacing itu.Ya, makan nasi aking adalah sebuah pilihan rakyat miskin untuk tetap
hidup.
Aku tahu abah tidak suka
dengan usahaku ini. Permasalahannya karena keuntungan yang aku peroleh kurang
dari cukup. Untuk bisa membahagiakan bapak dan ibu saja tidak bisa. Padahal
mereka ingin kalau aku, kelak nanti bisa membiayai mereka pergi haji.
“Bapak menyekolahkan kamu
jauh-jauh, mahal, dengan usaha mati-matian, sampai ngutang, supaya kamu bisa
dapat kerja yang mapan,” ujar bapak saat aku baru saja lulus dan baru satu
bulan menjalankan usahaku.
Aku diam saat itu. Jujur,
aku bingung bagaimana menjawabnya. Bapak yang hanya seorang petani garapan dan
peternak, selama ini membiayaiku dengan upah hasil menggarap sawah orang dan
menjual hasil ternak kambingnya yang jumlahnya mencapai tiga belasan. Kini di
kandang tinggal seekor sapi dan tiga kambing yang masih tersisa. Biayaku kuliah
di Jakarta memang berat, walaupun aku kuliah dikampus negeri, tetap saja berat.
Titelku yang sebagai sarjana komonikasi pun tidak ada gunanya saat ini.
Demi mengisi hari-hariku di
kampung, aku beranikan diri untuk membuka usaha beras aking, dari odal
tabunganku semasa kuliah, hasil membantu Jhon teman kuliahku yang membuka usaha
warung “Pecel Lele.” Jhon adalah satu dari beberapa mahasiswa yang kuliah
sambil berwiraswasta. aku kagum dengan dirinya. Dan sebetulnya niatku membuka
usaha beras akingku ini selain melihat kondisi rakyat miskin yang kelaparan,
juga karena Jhon yang memotivasiku dalam berwiraswasta.
Aku mulai memburu nasi aking
mulai pukul tujuh pagi selepas Dhuha. Mobil pick-up milik abah peninggalan dari
kakek, aku gunakan untuk melancarkan usahaku. Targetku adalah pedagang makanan
yang biasa mangkal di Pasar Rawu, Pasar Lama, Pasar Ciruas, beberapa kantin di
kampus –kampus Serang, warung makan, dan ruma makan Padang. Aku bayar meraka
tiga ratus rupiah untuk satu ember nasi aking yang aku dapatkan.
Senja aku pulang, dan
segera merendam nasi aking itu dalam baskom besar, emak sudah menyiapkan
sebelum aku datang. Esok paginya, barunasi aking di pisahkan dari lauk-pauknya
saperti sambal, sayuran, tempe-tahu, dan tulang-tulang. Setelah bersih, baru
ditiriskan dan dijemur, digelar tipis-tipis dinyiru yang diletakkan di
para-para bambu rendah. Aroma busuk masi bau. Setelah nasi aking kering
kerontang, dan berwarna kecoklatan, lalat baru beterbangan.
Usahaku berjalan cukup
lancar, nasi aking didistribusikan ke kampung-kampung, atau beberapa pasar
tradisiponal di Karawang, Banten, Solo, dan Jakarta. Kini, sejak Jakarta
dilanda banjir, orang Jakarta mulai memakan beras aking, hidup mereka
berbenturan dengan harga senbako yang makin menggila. Untuk pendistribusian,
aku ajak dua pemuda masjid di kampung (Girun dan Sholeh) yang selama ini
bekerja serabutan dan banyak menganggur. Ibu dan dua adik kembarku Asih dan
Esih yang masih duduk dibangku kelas 2 SMU, ikut serta membantu usahaku.
Aku menjual harga beras
akingku berbeda-beda. Untuk beras yang butirannya masih utuh aku jual Rp.1.500
per liter. Butiran yang masih terbelah lima puluh persen aku hargai Rp.1.100
perliter, dan untuk yang banyak belahannya aku hargai Rp. 800 perliter.
“Yu, bapak kasihan sama
kamu. Hasil usaha kamu nggak banyakkan?”
“Memang, Pak. Saya naroh di
agen Rp.1.200, dijual Rp.1.500. Bayar nasi aking dua ratus lima puluh rupiah.
Ongkos transport, tiga ratus lima puluh rupiah. Bayar asisten, tiga ratus
rupiah, belum ongkos cuci, dan lain-lain dua ratus lima puluh rupiah. Ya..
untungnya dua ratus lah, itu dari perliternya. Tapi niat saya nolong, Pak.”
“Baik sih niat kamu, tapi
ya mau sampai kapan terus-terusan usaha beras aking. Itu tidak mencukupi
apa-apa. Kelak kamu kan juga harus menabung untuk masa depanmuu.”
“Ya bersabarlah pak,
mudah-mudahan ada jalan terangnya. Masalah rezeki, Wahyu tidak pernah takut,
yang penting ikhtiar dan do’a sudah maksimal.”
Bapak lebih memilih diam
untuk menanggapi ucapanku.
“Ya, nanti kalau usahanya
mentok, Wahyu coba ngelamar kerjalah, Pak.” Ucapku untuk menenangkan hati bapak
sementara.
Pagi ini, untuk pertama
kalinya kau merasakan beras aking. Ibu yang memasaknya.
“Mudah kok Yu masaknya.
Nasi cukup direndam hingga mekar. Ditiriskan, terus dikukus.”
Ya memang mudah, nasi itu
enak dimakan saat masih hangat di tambah lagi dengan sambal dan ikan sain
layur.
Setelah makan, aku pamit
kepada ayah dan emak untuk ke Jakarta. Hari ini aku mau melakukan penagihan
utangku kepada, Engko Chan yang selama ini menjual beras aking ku di toko
sembakonya. Engko Chan adalah satu-satunya agen yang paling sering berhutang,
sementara kalau yang lain, biasanya pembayaran langsung dilakukan di muka
ketika beras-beras aking ku diantar. Hari ini aku perintahkan Girun untuk
memburu nasi aking.
Tapi, sesuatu terjadi
diluar dugaanku. Belum sempat aku sampai ke toko Engko Chan, musibah menimpa
ku. Mobil butut tua milik abahku raib ketika hampir sebentar aku ke toilet umum
di sebuah pasar. Saat itu mobilku parkir. Mungkin karena ramainya pasar, dan
orang tidak ada yang ngeh, jadi mobil itu hilang dengan mudahnya.
Bingung menyergap. Entahlah
abah akan senang karena mobil bututnya hilang dan aku mencari tempat kerja
ditempat lain, atau abah marah karena mobilnya hilang? “Tapi kalau bukan aku,
bagaimana nasib orang miskin disana, siapa yang menjamin mereka besok bisa
makan? Girun dan Soleh.” Gumam batinku gundah.
(Gambar Beras Aking)
Unsur Intrinsik dari
Cerpen di atas adalah:
1. Tema
Tema yang digunakan dalam Cerpen Beras Aking adalah:
a. Kehidupan
sosial
Kalimat yang menunjukan hubungan
social tersebut adalah :
“…..pengkonsumisi
beras akingku adalah masyarakat miskin yang tidak mampu lagi membeli beras yang
harganya sudah menggila,sementara cacing-cacing diperut terus menuntut atas
kelaparannya.”
b. Pendidikan :
Kalimat yang menunjukkan nilai
pendidikan adalah:
“Bapak yang hanya
seorang petani garapan dan peternak , selama ini membiayaiku hanya dengan
upahhasil menggarap sawah orang dan menjual ternak ternak kambingnya yang
jumlahnya mencapai belasan.”
2 Alur (plot)
Alur/ Plot yang terdapat pada cerita Beras Aking menggunakan alur maju.
Ceriita tersebut
di tulis berdasarkan urutan kronologisnya. Dari sebab terjadinya konflik,
konflik, hingga penyelesaian.
Terdapat potongan kalimat yang menunjukkan bahwa cerita
ini menggunakan alur maju adalah kata “esok paginya “, yaitu terdapat pada
kalimat: ”Esok paginya,baru nasi-nasi aking dipisahkan dari lauk-pauknya…..”
Pada kalimat diatas terdapat kata “esok paginya “ ,
kata tersebut menunjukkan waktu yang akan terjadi besok.
3 Penokohan (perwatakan,karakterisasi)
a.
Wahyu memiliki
perwatakan:
Perduli, Suka menolong
Bukti terdapat pada kalimat :
“Ya.. Untungnya dua ratus lah, itu dari perliternya. Tapi niat saya nolong pak.”
Tegas
Bukti terdapat pada kalimat :
“Ini pilihanku! Aku harus tetap menjalankan usaha beras aking ini!”
Pekerja keras
Bukti terdapat pada kalimat:
“Demi mengigi hari hariku di kampung aku beranikan diri untuk
membuka
usaha beras aking, dengan modal dari tabunganku semasa kuliah.”
Sabar dan Pesimis
Bukti terdapat pada kalimat:
”ya bersabarlah pak ,mudah-mudahan ada jalan terangnya.masalah
rejeki
wahyu tidak pernah takut ,yang penting kihtiar dan doa sudah maksimal.”
b. Abah memiliki
perwatakan pekerja keras
Bukti terpadat pada kalimat :
”Bapak menyekolahkan kamu jauh-jauh , mahal , dengan usaha mati-
matian,sampai ngutang-ngutang supaya kamu bisa dapat kerja yang
mapan,”ujar bapak saat aku baru lulus dan baru satu bulan menjalankan
usahaku.
c. Emak memiliki
perwatakan suka menolong
Bukti terdapat pada kalimat :
”……pertama kali aku merasakan beras
aking.Ibu yang memasaknya.”Mudah
kaok yu masaknya. Nasi cukup
direndam hingga mekar.Ditiriskan terus dikukus”
d. Engko Chan memiliki
perwatakan suka berhutang
Bukti terdapat padakalimat :
”Engko Chan adalah satu-satunya agen yang sering berhutang.”
e. John memiliki
perwatakan suka membantu
Bukti terdapat pada kalimat :
“….modal tabunganku semasa kuliah,hasil membantu John, teman kuliahku yang
membuka usaha warung “pecel lele”.
4. Latar (setting)
a. Latar Waktu :
Pagi
dan senja hari
Bukti tedapat pada kalimat :
1. ”Aku mulai memburu nasi-nasi aking
mulai pukul tujuh pagi selepas duha.”
“Pagi ini, untuk pertama kalinya aku
merasakan nasi aking.”
2. “Senja aku pulang,dan segera merendam nasi-nasi aking itu dalam baskom
besar,emak sudah menyiapkannya
sebelum aku datang.”
b. Latar Tempat
Rumah Wahyu
Bukti terdapat pada kalimat : “Pagi ini, untuk
pertama kalinya aku merasakan
nasi aking.Ibu yang
memasaknya.”
Pasar
Terdapat pada kalimat : “Mobil butut ,tua ,milik abahku raib
ketika mampir
sebentar ke toilet umum disebuah
pasar.”
b. Latar
Suasana :
Hening
Bukti terdapat pada kalimat : “Aku diam saat itu.Jujur aku bingung
bagaimana
menjawabnya….”
Bingung
Bukti terdapat pada kalimat: “Bingung menyergap.Entahlah
apakah abah
akan senang karena
mobil butunya hilang dan
aku mencari kerja di
tempat lain,atau abah
marah karena mobilnya
hilang.”
5. Sudut pandang :
orang pertama pelaku utama
6. Amanat
Amanat yang terkandung dalam cerpen Beras
Aking adalah :
1.
Keterbatasan ekonomi tidaklah menjadi
penghambat seseorang untuk menjadi sarjana
2.
Kita harus berpikir panjang sebelum
mengambil keputusan agar tidak
menyesal di kemudian hari.
3.
Kita harus mendengarkan nasehat orang
tua agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak di inginkan
7. Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh
pengarang dalam cerita Beras Aking
adalah bahasa Komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Pembaca bisa
menangkap isi dan maksud yang ditulis oleh pengarang karena bahasanya tidak
sulit, sehingga pembaca tidak perlu mencari arti kalimat tersebut.
Unsur Ektrinsik Cerpen Beras Aking
Cerpen yang ditulis oleh Ayu Pangestu
Mengandung nilai-nilai
yang disisipkan oleh pengarang. Nilai-nilai itu antara lain:
a.
Nilai Sosial.
Nilai
social adalah hal-hal yang berkaitan dengan norma –norma dalam kehidupan
masyarakat (misalnya, saling memberi,
menolong,dan tenggang rasa )
Bukti terdapat pada kalimat :
“Pengkonsumsi beras
akingku adalah masyarakat miskin yang tidak mampu lagi
membeli beras yang harganya sudah menggila”
“Usahaku ini adalah solusi untuk mereka dan cacing-cacing itu.Ya , makan
nasi
aking adalah sebuah pilihan rakyat-rakyat miskin untuk tetap hidup.”
“Ya… untungnya dua ratus lah,itu dari perliternya.Tapi niat saya nolong,
Pak.”
b. Nilai Agama
Nilai agama adalah nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan
aturan atau
ajaran yang bersumber dari agama tertentu.
Bukti terdapat pada kalimat:
“…kelak nanti bisa
membiayai mereka pergi haji”
“….mulai pukul tujuh pagi selepas Dhuha”
As stated by Stanford Medical, It is indeed the one and ONLY reason this country's women live 10 years more and weigh 19 KG less than we do.
BalasHapus(Just so you know, it has NOTHING to do with genetics or some secret exercise and really, EVERYTHING to do with "how" they eat.)
P.S, What I said is "HOW", not "what"...
Click on this link to reveal if this quick questionnaire can help you find out your real weight loss possibilities