media dan sumber belajarnya sugianti bisri

Struktur Batin dan Struktur Fisik Puisi Nyanyian Gerimis, Hujan di Bulan Juni, Senja Di Pelabuhan Kecil

Sugianti Bisri | Rabu, November 23, 2016 |
Lembar Kerja 1
Analisis Struktur Batin dan Struktur Fisik Puisi

Nama                  :  Sugianti
NUPTK               :  7437754655300013
Asal Sekolah      :  SMPN 84 Jakarta

Mengerjakan LK Tagihan : Menganalisis Struktur Batin Puisi
1.    Nyanyian Gerimi Karya Soni Farida Maulan

Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Dialirkan sungai ke muara

            Sesaat kita larut dalam keheningan
                        Cinta membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
            Seperti lengkung pelangi
                        Sehabis hujan menyentuh telaga

            Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
               Kerinduan bagai awah gunung berapi
                        Sarat letupan. Lalu desah nafasmu
            Adalah puisi adalah gelombang lautan
                        Yang menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
            Pada kulit dan rambutmu
                        Menghapus jarak dan bahasa
                                    Antara kita berdua
                                                            198


No.

Struktur Batin Puisi
1
Tipologi
a. Kata Kuntum  pada baris kedua setelah titik dan tidak diikuti kata lain menggambarkan bahwa kesendiri dan merasa sangat kesepian. Pada baris selanjutnya dapat kita maknai bahwa orang yang sendiri tersebut ternyata sedang dilanda rasa rindu.
b. Pada bait ke dua dan bait ke tiga, susunan tidak beraturan tetapi terkesan indah. Keindahan yang dinikmati dari sebuah kebersamaan.

c. Pada bait ketiga ketidakberaturan ini mewakili tarian burung-burung dan juga awah gunung berapi serta gelombang lautan. 
Tema
Dalam puisi ini penyair mengangkat tema tentang kerinduan kepada kekasih. Terbukti pada baris-baris puisi berikut ini:
Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Kemudian dikuatkan lagu lewat baris puisi berikut:
Kerinduan bagai awah gunung berapi
                        Sarat letupan.
Karena kerinduan yang amat sangat kepada sang kekasih sehingga penyair membayangkan kekasihnya di kala hujan gerimis.




2
Diksi
Pemilihan kata oleh penyair. Karena puisi bersifat pemadatan, maka pilihan kata harus sesuai dan menimbulkan suatu yang estetis. Pemilihan kata juga harus mewakili makna yang akan disampaikan. Dalam menciptakan karyanya, penyair seringkali memasukkan kata-kata yang sulit kita telaah dan kita mengerti maksudnya. Dalam puisi Nyanyian Gerimis terdapat kata Ekor cahaya yang maknanya kilatan cahaya, berpantulanyang bermakna pancaran mata yang berbinar-binar, juga terdapat kata tarian burung-burungdan Di pantai hatiku yang terkesan indah dan penuh makna
Perasaan
Mengemukakan usaha si aku yang akan cinta dan pengagumannya terhadap seorang gadis, yang dikisahkan sebagai kuntum/bunga (gadis). Si aku merasakan jatuh cinta dengan gadis itu, membayangkan setiap keindahan yang terjadi. rasa rindu yang kerap melanda si aku hingga ia merasa tidak ingin meninggalkan  sang gadis tercinta.






3
Pengimajian /Citraan
a. Penglihatan, seolah kita dapat melihatnya dengan nyata. Ekor cahaya berpantulan dalam matamu. Seperti lengkung pelangi
b. Perasaan, seolah kita dapat merasakan.
Yang saling memahami gairah terpendam
Dialirkan sungai ke muara
c. Pendengaran, seolah kita dapat mendengarkan.
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu
Nada
Nada puisi “Nyanyian gerimis”  dapat dilihat dari bait,
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
semakin terlihat nada puisi tersebut dinyatakan oleh penyairnya dengan eksplisit. Karena pembaca dapat membayangkan langsung nada dan suasana puisi tersebut.  Kesepian yang dirasakan oleh penyair  tanpa kekasih hati.
4
Majas/Gaya bahasa
Penggunaan kata-kata untuk mencapai efek tertentu. Dalam puisi Nyanyian Burung terdapat majas sebagai berikut:
a. Majas personifikasi, majas yang menggambarkan benda mati seolah-olah dapat hidup. Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
b. Majas metafora
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
c. Majas simile
Seperti lengkung pelangi
Kerinduan bagai awah gunung berapi

Amanat
Penyair mengungkapkan rasa kesepiannya dan kerinduannya dengan menghayalkan datangnya kekasih yang menghibur hati. Sehingga penyair semakin yakin akan cintanya yang terpisah oleh jarak dan waktu. Yang memberikan amanat kita harus saling percaya dan terus setia pada kekasih hati meskipun jauh dimata namun selalu dekat dihati kita. Asalkan kita menjaganya





5
Rima / Irama adalah persamaan bunyi pada puisi. Sedangkan Irama berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat atau lagu kalimat. Pada puisi Nyanyian Gerimis, rima dan irama tidak terlalu menonjol, karena pada puisi ini aspek isilah yang lebih ditonjolkan.
Bait 1(a-u-u-u-a-a-a)
Bait 2 (a-i-u-i-a)
Bait 3 (a-u-i-u-a-a-a-u-u-a)

6
Kata Konkret
Kata-kata ini dapat berhubungan dengan kiasan atau lambang. Dalam puisi Nyanyian Gerimis terdapat kata konkret diantaranya:
a. Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu (seorang yang sangat kesepian)

b. Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma (kerinduan akan seseorang untuk sekadar menghilangkan rasa kesepiannya)

c. Yang saling memahami gairah terpendam (saling merasa rindu, walaupun tidak bertemu cukup seolah bertemu dalam angan)

d. Ekor cahaya berpantulan dalam matamu (mata seorang yang dirindukan hadir dan tampak berbinar-binar bahagia)

e. Kerinduan bagai awah gunung berapi (sangat rindu meluap-luap tak terbendung)


2. Menganalisis Struktur Fisik Puisi
    Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Joko Damono

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yang berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Taka ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
                    (hujan bulan juni, 1994)

NO

Struktur Batin Puisi
1
Tipologi
a. Bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.

b. Menggunakan huruf  kecil baik pada awal baitnya maupun pada awal tiap barisnya.

c.  Penyair tidak menggunakan kaidah-kaidah dalam puisi seperti jumlah suku kata pada kata di tiap barisnya.

d. Penyair menandai bahwa puisi ini berbeda dengan puisi-puisi yang lain. Selain tidak digunakannya huruf kapital, penyair juga menggunakan tanda titik koma pada akhir baris pertama hingga baris ke tiga, sedangkan pada baris terakhir menggunakan tanda titik sebagai akhir dari puisi tersebut

Tema
Percintaan dimana seseorang yang tidak mengungkapkan perasaaan rindu atau cintanya terlihat pada larik-larik
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap pohon bunga itu
2
Diksi
Kata-kata yang digunakan pada puisi ini mudah untuk dipahami, contoh pada kata “Pada suatu hari nanti” pembaca bisa mengerti maksud dari puisi ini bahwa menceritakan sesuatu yang akan datang.

Lalu pada kata “Jasadku tak akan ada lagi”sudah jelas bahwa suatu saat nanti tokoh ku tidak akan ada lagi di dunia ini. dan kata-kata pada bait selanjutnya mudah dipahami karena lebih ke makna yang sebenarnya.       
Perasaan
Penyair merasa sedih karena pada suatu hari nanti ia akan meninggalkan sosok Kau pada puisi ini yang bisa berarti pembaca, tetapi ia pun senang karena walaupun suatu hari nanti ia tiada, tapi ia tetap menemani dan keberadaannya itu digantikan oleh larik-larik sajak dan kenangan indah semasa hidup.


3
Pengimajian /Citraan
Pengimajian atau pencitraan adalah suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk mennggunakan kembali kesan-kesan panca indera dalam jiwa pembaca.
a. Penglihatan
 Jasadku tak akan ada lagi
    Tapi dalam bait-bait sajak ini
    Tapi di antara larik-larik sajak ini
    Impianku pun tak dikenal lagi
    Namun di sela-sela huruf sajak ini
    Kau takkan letih-letihnya ku cari

b. Pendengaran
    Suaraku tak terdengar lagi

c. Perasa
    Kau takkan kurelakan sendiri
    Kau akan tetap kusisati

Nada
Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Sikap penyair pada puisi ini adalah lembut dan halus karena ia menjelaskan bahwa walau suatu hari nanti ia tidak ada, tapi karya-karyanya akan selalu ada menemani para pembaca.



4
Majas/Gaya bahasa
   Kau takkan kurelakan sendiri
   Kau akan tetap kusiasati
   Kau takkan letih-letihnya kucari
Pada kata-kata tersebut menggunakan majas metafora karena mengumpamakan sesuatu dengan larik, bait dalam sajak.
Amanat
Amanat dari puisi ini adalah bahwa penyair ingin menyampaikan kesetiaannya kepada pembaca walaupun ia sudah tidak adi, pembaca tak usah sedih. Karena dia tetap setia dan tetap bisa menemani pembaca dengan karya-karya nya.




5
Rima / Irama
Pada puisi ini semua baitnya mempunyai akhiran i yang memberikan kesan kesetiaan, pengandaian dan rayuan terhadap sesuatu yang akan dihadapi.
6
Kata Konkret
Kata kongkret adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama, tetapi secara konotatif tidak sama, bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya. Atau dengan kata lain, kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti pengimajian, kata yang dikongkretkan juga erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang.

Pada puisi ini kata kongkret terdapat pada kata
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Penyair mengiaskan bahwa kehidupan itu disamakan dengan sela-sela huruf pada kata-kata dalam sajak, yang penyair tak lelah atau letih mencari tujuannya.



3. SENJA DI PELABUHAN KECIL
    (Chairil Anwar,1946)

Buat Sri Aryati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang-gudang, rumah tua , pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada yang berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam, ada juga kelepak elang
Menyinggung muram,desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi, aku sendiri, Berjalan
Menyisir semenanjung, masih penggap harap
Sekali tiba di ujung dan sekali selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa berdekap


No.

Struktur Batin Puisi   
1
Tipologi
Pada puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar terdapat enam bait dengan pola 2-1-2-1. Tiap bait puisinya berbeda, pada bait pertama, ketiga dan kelima terdapat dua larik sedangkan bait kedua, keempat, dan keenam terdapat satu larik.

Tema :
cinta atau cinta yang menyebabkan kedukaan. Bait pertatama, penyair merasakan      
cintanya yang hilang. Hatinya begitu terpukul. Hatinya mati ibara tidak berlaut. Bait kedua penyairmerasa jiwa sepi, kelam,  sehingga kelepak elang dapat didengar. Harapan bertemu dengan kekasihnya timbul tenggelam.
2
Diksi
Diksi yang terdapat pada puisi “Penerimaan” terdapat beberapa kata yang memakai konotasi, seperti:
Bak: bagaikan
Kembang sari: wanita perawan atau keperawanan
Tunduk: menghadapkan wajah kebawah (malu)
Tentang: dekat dihadapan muka (menemui)
Cermin: alat pantul atau bayanga

Perasaan :
Perasaan penyair saat menulis  puisi begitu merasa sedih, mengggambarkan kedukaan,
kesepian, dan kesendirian.  Hal itu disebabkan oleh kegagalan cintanya dengan Sri Ayati. 

3
Pengimajian /Citraan
Citraan gerakan yang terdapat citraan penglihatan yang terdapat pada kalimat “kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri, desir hari berenang, tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak, berjalan menyisir semenanjung”.
Dominannya citraan gerakan tersebut di atas sangat sesuai dengan apa yang disampaikan penyair melalui puisi tersebut, yaitu mengenai patah hati seseorang yang cintanya ditolak. 
Nada :
Penyair menceritakan kegagalan cintanya dengan nada ratapan yang sangat mendalam.
lukanya begitu dalam. 
4
Majas/Gaya bahasa
a.     pada puisi tersebut terdapat majas personifikasi seperti pada ungkapan “ini kali tidak ada yang mencari cinta, kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri, Gerimis mempercepat kelam, desir hari lari berenang, tanah dan air tidur hilang ombak”.

b.    Personifikasi majas yang meletakkan sifat insani yang tidak bernyawa idea yang abstrak.  “ ada juga kelepak elang yang menyinggung muram, menyisir semenanjung”.
c.    Majas hiperbola ini memberikan gambaran bahwa seseorang yang patah hati karena cintanya ditolak seperti tidak mungkin mendapatkan cintanya bersama seorang wanita.
Amanat :
Penyair ingin mengungkapkan kegagalan cinta yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan segala-galanya. Cinta yang yang begitu dalam  akan menyebabkan seseorang menghayati arti sebuah  kehilangan.




5
Rima / Irama
Secara keseluruhan pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” ditemukan unsur bunyi yang bernada rendah dan sedih, hal ini tampaknya serasi dengan yang ingin diungkapkan penyair pada puisi ini. Puisi tersebut membicarakan mengenai seseorang yang patah hati karena cintanya ditolak. Penyair memilih vokal a karena terasa berat dan rendah dan konsonan t, ng, k, n, dan p lebih cocok untuk melukiskan suasana yang sendu.

6
Kata Konkret
Pada puisi “Penerimaan” terdapat kata konkret seperti bak kembang sari sudah terbagi artinya wanita yang sudah kehilangan keperawanannya. Sedangkan dengan cermin aku berbagi artinya si “aku” tidak ingin wanitanya mendua bahkan dengan bayangannya sekalipun.



3 komentar:

  1. Terima kasih atas sharing datanya ya Bu... sangat bermanfaat untuk saya.

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas materi analisis puisuinya. analisis puisi tersebut sangat membantu saya dalam mengajari siswa. sukses selalu.

    BalasHapus
  3. Terima kasih banyak untuk analisisnya. Berkat Anda tugas saya selesai

    BalasHapus