Pembelajaran Berbasis Teks
Oleh: Ki Kuswanto bin Sawikarta Kartabesari
ABSTRAK
Saya mempunyai pengalaman yang sangat mengesankan tiga puluh tahun yang lalu.
ORIENTASI
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Purworejo Klampok yang terdapat di jalan Raya
Purworejo Klampok, bersebelahan dengan lapangan Krido Hanggo. Ketika itu saya
masih duduk di kelas 1. Kelas 1-B tepatnya. Kelasnya ada di deretan gedung
paling timur, lokal ketiga dari perpustakaan. Belajar seperti biasanya dilakukan
dari pagi hari sampai siang hari. Rutinitas belajar pun diikuti dengan baik dan
lancar. Kenakalan dan keusilan teman-teman sudah biasa mewarnai kelas kami.
Apalagi saya adalah anak desa yang banyak mengalami kekurangan. Berbeda dengan
teman-teman yang dari kota yang merasa berkuasa dan bisa. INSIDEN Pelajaran
bahasa Inggris akan dimulai pada pukul 07.00 WIB. Pelajaran bahasa asing yang
masih asing adalah kendala terberat buatku. Karena ketika di SD tidak ada
pelajaran bahasa Inggris. Jangankan bahasa Inggris, bahasa Indonesia saja baru
bisa lancar bertutur. Maklum di kampung komunikasi sehari-hari lebih banyak
menggunakan bahasa Jawa. Bahasa Indonesia digunakan hanya di sekolah, itu saja
setelah mulai kelas tiga ke atas. Semua sudah tahu bahasa Inggris diampu oleh
seorang guru yang sangat disegani dan ditakuti. Beliau juga guru BK, sehingga
semua anak paling takut berurusan dengan BK. Walaupun anak beliau juga belajar
bersama di kelasku, tetapi sama temanku itu juga tidak berani berbuat atau
bertingakah yang aneh-aneh. Bisa di ibaratkan kalau beliau masuk kelas, begitu
suara sepatu berdetak menghampiri kelas maka semua akan membisu. Semut-semut
yang beriring di tembok pun ikut membisu, berdiam diri menyaksikan langkah guru
bagasa Inggrisku itu. Saya duduk di barisan pojok paling depan, tepat di depan
meja guru. Saya memang senang duduk di depan karena tubuh saya yang kecil dan
mudah untuk menyimak pelajaran dari guru. Kalau duduk di belakang maka lihat
tulisan di papan tulis akan terkendala yaitu teralingi tubuh teman saya yang
tinggi-tinggi. Guru bahasa Inggrisku telah masuk kelas. Salam langsung dipimpin
oleh ketua kelas.Kami langsung membisu. Tidak ada suara apapun kecuali
ditanya.Di belakangku Mahbub Sutrisno. Anaknya cerdas, dari kota tetapi
nakalnya sangat keterlaluan. Tidak jarang bawah mata saya di olesi
balsam.Perihnya minta ampun.Paling-paling saya nangis dan tidak berani mengadu
kepada siapapun dan tidak berani melawan sama sekali. Pelajaran segera dimulai.
Kecemasan dan kepanikan mulai kurasakan. Beliau mulai mengajukan pertanyaan
kepada kami. Mudah-mudahan pertanyaan jangan diajukan kepada saya. Jangankan
menjawab, menatap saja saya tidak berani. Rupanya kecemasan saya pecah,
ketakutan yang mendera terjadi pula. Ya, kamu! Ya, Pak. Dengan terbata-bata
saya coba menjawab tanpa menatap. Kupasang telinga lebar-lebar untuk menyimak
pertanyaan beliau. “What is the meaning of murah!” Tanya guruku padaku dengan
tatapan yang tajam dan menakutkan. “Cheap”. Jawabku dengan penuh pelan-pelan
dan kehati-hatian dan bersyukur kudengar bisikan dari Mahbub di belakangku “One
again”! beliau mengulang “Cheap”. Kuulang jawabanku dengan lebiih kupanjangkan.
“One more”! Beliau mengulang dengan lebih keras Entah mengapa lidah saya tidak
tepat untuk melafalkan kata cheap. Padahal sudah dikasih tahu oleh Mahbub.
Bahkan setiap saya menjawab Cheap mahbub selalu mengulang tadi. Maksudnya
seperti tadi yang ia ucapkan, namun saya belum bisa melafalkan dengan tepat.
Setelah berulang-ulang pertanyaan itu tidak mampu menjawab. Hanya berkata cheap
dan dilanjutkan kata tadi oleh mahbub semakin menambah amarah dan durja guru
bahasa Inggrisku itu. Rupanya baru aku sadar beliau marah karena saya dianggap
mempermainkan nama beliau, karena beliau adalah Bapak Ciptadi Rinto Sugondo.
Saya ditarik keluar karena dianggap mempermainkan nama beliau. Di luar kelas
saya hanya bisa menangis, menangis dan menangis terus.
INTERPRETASI
Namun demikian, meskipun guruku marah yang amat marah tetap ada pelajaran yang
kudapat.Saya berjanji akan belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak mau
ketinggalan dengan anak-anak kota. Pengalaman ini sungguh mengesankan. Hanya
gara-gara kosa kata cheap dan guruku bernama pak Cip membuat jadi malu dan
sakit hati yang berkepanjangan. Koda Pelajaran bahasa Inggris tetap di lanjutkan
sampai berakhir saya tetap di luar ruangan.
(sayang pak teks sebagus ini kalau tidak dishare)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar