“Kata
teman saya Guru adalah Pahlawan tanpa tanda jasa, terus guru itu gak boleh
nuntut banyak tentang gaji besar ya terima apa adannya..bagaimana menurut
teman-teman guru tentang pendapat temen saya itu?”...
66 orang menyukai
ini.
“Setiap
guru baik PNS maupun HONORER mempunyai kewajiban yg sm.apakah honorer jg
mempunyai hak yg sm dlm suatu instansi sklh?”
22
orang menyukai ini.
“Sy
sdh sukwan hampir 8 thn,gaji 150rb g' naik2,malah di thn 2015 ini sdh 4 bln
g'da gaji,gmn mnrut bpk ibu guru?”
55
orang menyukai ini.
“PNS
oh PNS..kami tahu engkau lebih segala nya dari pd kami yg hanya honorer..gaji
PNS sampai berjuta juta,bahkan yg bersertifikasi puluhan juta,sedangkan kami
hanya beratus ratus ribu saja,namun seberapapun itu tetap kami syukuri..semoga
berkah”.
313
orang menyukai ini.
“sebelumnya
saya mhn maaf ttg status saya ini. saya hny ingin skdr berbagi ttg crita hdup
sy, ini berawal dr keprihatinan beberapa tmn yg memposting mslh hnor kecl sbgai
wiyata bhakti. suami sy jg menjadhj wiyata selama 10 th..kami telah dikarunia
ank satu. tp alhmdulilah suami saya tidak pernah mengeluh dg honor hanya 150
rb. kami tdk pernah menyesal dg pilhn kami. wkt itu detik trakhr pengumuman k2
saya smpt berpkir bgmn crnyajika tdk diterima cpns..kami akn bertransmigasi,dg
bgtu suami bisa tetap ngajar dan pulangnya bisa bercocok tanam krn mgkn dg
trnsmigasi kt dpt tanah..itu pkran kami. kami tdk ingin mempersulit hdup yg mmg
sdh sulit. perlu diketahui suamiku tidak mgkn ikt tes umum krn dah usia 38 ,
dan ipk tdk memenuhi. tp Allah berkata lain, suamiku diterima cpns.. teman2
tahu siapa tmpt saya dan suami mengeluh yaitu Allah. tanpa yg lain tahu bahwa
kami hidup kekurangan wktu itu.. orang lain berpkir menjadi guru itu enak.
karena kami tidak mau mengeluh kepada orla maka memang benar menjadi guru itu
pekerjaan paling enak bagi kami.. mengeluh dg orla tidak akan menyelesaikan
masalah..apalg jika mslh materi.. untk bisa bener bener menjadi guru
berpikirlah bagaimana caranya mendapat pemasukan tambhan. maaf. statusku ini
sungguh tidak bermutu”.
40
orang menyukai ini
Kutipan diatas saya ambil
dari status FB temen-temen honorer di sekolah negeri di salah satu grup guru
yang saya ikuti. Berbagai sharing tentang kegiatan mereka di bahas di sana.
Mulai dari nominal yang diterima, aktifitas mereka di luar sekolah untuk
menyambung hidup (ada yang membuka les,les privat dari rumah ke rumah,dagang
kue,buka toko online) dsb,sampai pengalamannya mengajar dan bagaimana
menghadapi anak didik dengan berbagai karakter.
Guru honor sekolah negeri
adalah pegawai honor yang diagkat oleh kepala sekolah yang bersangkutan untuk
memenuhi kebutuhan guru karena
pemerintah tidak menyiapkan guru PNS yang dibutuhkan.Keberadaan mereka tidak mempunyai payung hukum yang kuat
. Sehingga tak heran jika hak yang diterimanya sangat jauh berbeda dengan
guru/pegawai non PNS yang mengabdi di sekolah swasta/yayasan. Jika guru swasta
bisa mengantongi 2-5juta perbulan belum lagi tunjangan profesi lainnya. Guru
honor pasrah dengan gaji 150-1 juta perbulannya,tergantung jumlah jam mengajar
yang diembannya dan kebijakan sekolah menghargai jasa mereka. Semakin banyak
jam mengajar,semakin lumayan uang yang dibawa pulang.
Kenapa guru honor tidak
bisa diikutkan sertifikasi? Itu pertanyan yang kerap ditemui pada setiap
postingan,atau sekedar curahan hati pada
teman seprofesi. Berbeda dengan guru yayasan,guru honor bertugas dengan
SK Kepala Sekolah. Sedangkan syarat untuk pengajuan sertifikasi harus ada SK
bupati/walikota. Sejauh ini meskipun guru honor telah mengabdi minimal 7 tahun
(karena sejak tahun 2008 sekolah negeri tidak boleh menerima guru honor lagi)
namun pada kenyataannya sangat sulit untuk mendapatkan SK tersebut. Sedangkan
guru swasta/yayasan mereka bisa menggunakan SK pengangkatan dari yayasan.
Berdasarkan PP 74 tahun 2008,disekolah negeri guru tetapnya yaitu PNS,kalau di
swasta guru tetapnya yang ditetapkan yayasan. Guru yang berhak mengajukan
sertifikasi adalah mereka yang disebut guru tetap. Tak heran jika guru yayasan
rata-rata sudah bersertifikasi.
Sungguh ironi memang,,keberadaan
mereka ibarat anak yang tidak diinginkan kehadirannya di sekolah negeri,,begitu
salah satu teman saya menyebutnya. Jika berbicara profesionalisme mereka tidak
melihat status kepegawaian,,beban kerja dan tanggung jawab disamaratakan. Jika
berbicara hak,mereka berdalih kalau tahan dengan pendapatan anda silanhkan
dilanjutkan,jika tidak silangkan angkat
tangan. Masih banyak orang-orang di luar sana yang mau menjadi guru honor
disekolah negeri.
Yang membuat mereka
bertahan dengan penghasilan yang jauh dari kata lumayan adalah harapan yang
besar,suatu saat bisa menjadi guru sejati (PNS). Tidak sedikit para senior mereka
yang saat ini sudah menjadi guru PNS juga dulunya punya cerita yang sama dengan
mereka. Harapan satu-satunya bagi mereka adalah pemerintah memprioritaskan
mereka diangkat menjadi PNS tanpa adanya dikotomi guru Kategori 2 yang tidak
lulus CPNS,yang konon menurut informasi terakhir dari petinggi ini akan
diangkat semua tanpa tes. Guru honor non kategori yang keberadaan mereka saat
pendataan seleksi CPNS tahun 2012 yang lalu belum genap mengabdi selama tujuh
tahun. Jadi belum memenuhi syarat untuk diikutkan dalam seleksi tes CPNS.
Merekalah yang patut kita
sebut pahlawan tanpa tanda jasa. Kartini/kartono di era Sahrini. Bagaimana
tidak? Mereka tetap mengabdi pada negeri ini untuk mengambil bagian
mencerdaskan anak negeri,dengan honor yang tak manusiawi. Seberapa lama uang
150.000 bisa bertahan di kantong mereka. Mungkin hanya untuk transport serta
uang haus dan lapar selama seminggu kalau mereka tinggal di metropolitan. Untuk
membayar pembantu yang menjaga dan mengurus anak-anak mereka karena ditinggal
bekerjapun jauh dari kata cukup.Bisa-bisa lebih besar gaji pembantu mereka
daripada gaji yang diterima sebagai tenaga honor. Tenaga professional dengan
pendidikan sarjana. He…he…..
Guru adalah
profesi yang menjadi pusat perhatian,untuk itu ia harus menjaga penampilan.
Baju yang sudah mengkilat oleh setrikaan
juga kurang pantas dikenakan untuk mengajar. Apalagi jika mereka mengabdi di
sekolah yang siswanya berlatar belakang ekonomi menengah ke atas. Hal ini bisa
menimbulkan kesan diremehkan oleh siswa. Untuk memantaskan diri didepan
anak-anak juga perlu biaya,guru laki-laki mungkin bisa cuek dalam hal ini. Bagi
ibu guru honor hal ini cukup membuatnya merasa gimana gitu. Kalau guru PNS
pamer tas yang bermerk,bikin baju di penjahit ternama,kakinya lecet kalau pakai sepatu harga 50rb,mereka hanya bisa
menelan ludah dan mengurut dada. Untuk bisa sampai ke sekolah dan bisa sarapan
pagi ini mereka terpaksa mencuri. Mencuri waktu disela-sela tugas untuk
menawarkan kue yang mereka buat sekedar dijual di kantin sekolah. Mencuri
fasilitas Wifi sekolah untuk meng-upload dagangan di toko onlinenya.
Mendekati hari kartini,
hampir semua sekolah dari TK-SMA merayakan hari tersebut. Mereka mengenang
Kartini karena penjuangannya yang melahirkan emansipasi pada wanita. Mungkin
saja jika beliau tidak memperjuangkan hal ini, sampai saat ini wanita tetap
pada tugas mereka di masa penjajah berkuasa di negeri ini. Sebagaian wanita
dinegeri ini sudah menikmati emansipasi. Bisa mendapatkan pendidikan yang
layak,mempunyai kesempatan bekerja sesuai dengan keahliannya dan mendapatkan
imbalan sesuai dengan beban kerjanya.
Bagaimana dengan para
wanita yang mengabdi sebagai guru honor di sekolah negeri. Mereka sudah
mendapatkan pendidikan yang layak,mendapatkan kesempatan bekerja sesuai
keahliannya. Beban kerja dan tanggung jawab mereka sama dengan guru negeri.
Tapi imbalan yang mereka terima sangat tidak manusiawi.
Mungkin sebagian dari kita
tidak pernah perduli. Menganggap penampilan mereka dengan pakaian safari,gaji
mereka sudah tinggi. Dalam hati mereka menangis. Ketika siswa yang diajarnya
mempunyai HP yang mahal,si ibu guru harus sembunyi-sembunyi ketika menerima
telpon. HP jadulnya sudah diikat gelang karet,bunyinya nat..nit..nut. Ketika jam istirahat anak-anak jajan dikantin
dan tidak perduli dengan harga makanan yang mereka pesan,si ibu hanya bisa
menangis dalam hati. Perutnya belum terisi nasi dari pagi.
Guru honor sekolah negeri
layak dianggap sebagai Kartini di era
Syahrini. Dimana Inflansi yang kian hari kian tinggi,honor mereka tidak pernah
direvisi. Saat media banyak meliput gaya hidup wanita masa kini, Syahrini yang
harus ke Singapura hanya untuk londry koleksi tas yang dimiliki, mereka masih
berpikir keras bagaimana bisa hidup untuk hari ini. Miris…..semoga pemerintah
terkentuk sisi hati nuraninya. Bisa melihat keberadaan mereka dan bisa
menghargai pengabdian mereka walaupun tidak selayak guru negeri. Paling tidak
janji orang nomor satu di negeri ini yang akan menghargai mereka setara UMP
bukan sekedar mimpi di siang hari. #Selamatmengabdikartinisejatidierasyahrini#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar