Laman

Ahok Tak Searogan di Media, Kok!


Ketika saya memutuskan untuk bertemu pak Ahok menyangkut permasalahan saya dengan birokrasi dinas DKI, banyak pihak yang mempertanyakan, Apa ga takut kalo Ahok gebrak meja?
Saya hanya tersenyum simpul, tanpa memberikan jawaban. Namun pertanyaan itu tak menyurutkan langkah saya menuju Balai Kota. Sebagai masyarakat biasa, saya menganggap pak Ahok adalah orang yang bijaksana. Jika apa yang kita sampaikan memang untuk menuntut keadilan, bukan bermaksud membela diri dari kebohongan yang kita rekayasa, kenapa takut ia akan marah-marah.
Sebagai warga DKI saya hanya melapor, minta solusi setelah berbagai usaha dijalanin namun belum menemukan solusi. Sebagai orang nomer satu DKI ia pasti mempunyai kebijakan atas kekeliruan yang telah dibuat oleh jajaran pegawainya.
Ternyata, apa yang ada dalam pikiran saya memang benar. Kesan pertama saya bisa ketemu dengan Gubernur asal Bangka Belitung ini sangat berkesan. Orangnya begitu ramah, nada bicaranya sangat berwibawa. Setelah saya mengungkapkan apa yang menjadi tujuan saya menemuinya:

1.   Saya guru honor yang lulus CPNS dengan TMT DKI Juni 2005 dan untuk menutupi kekurangan masa kerja saya yang setengah tahun itu saya melampirkan pengalaman kerja dari Guru Bantu Daerah.

2.     Sebelum mengikuti seleksi berkas tahun 2012 saya dan teman-teman lainnya waktu itu juga berkonsultasi dengan pejabat DKI, dan mereka bilang asal dari isntasi pemerintah dan tidak terputus bisa mendaftar

3.    Saya lulus berkas, saya lulus tes, dan pada masa sanggah saya juga lulus, saya juga sudah melakukan pemberkasan ulang. Sekarang berkas saya dicabut, menurut dinas tempat saya bekerja karena sebagai guru bantu?

4.    Jika memang ada pembatalan/penarikan berkas, kenapa tidak ada pencabutan secara resmi dan  pemberitahuan secara resmi. Ini kan hajat Negara. Saya menilai tidak ada keterbukaan informasi di sini. Kenapa terkesan ditutup-tutupi?

5.    Kalau memang pengalaman kerja daerah tidak diakui, saya sangat menyayangkan kenapa ketentuan ini tidak berlaku sejak awal. Sebelum tes dua tahun yang lalu. Bukankah kita ini Negara kesatuan, bukan Negara bagian. Sumber pembayaran juga sama. Kenapa dipermasalahkan ketika palu kelulusan ditetapkan?

6.    Kalau Capres dan Cagub dipilih dari honorer K2 sudah pasti pak Ahok dan pak Jokowi juga mengalami nasib seperti saya. Masuk kotak 321, (yang ini sih saya tidak berani mengungkapkan pak, takut!) He..he….
Cukup saya utarakan dalam hati saja, sebagai guyonan menghibur diri.

Jawaban bapak singkat saja, “Tidak bisa bu, pengalaman kerja dari daerah tidak bisa diterima. Karena dianggap terputus. “.  Dan penjelasan yang lain………
Tapi bapak memang baik, dengan apa yang sudah saya sampaikan, bapak menanggapinya dengan bijak, bapak memang pemimpin yang berwibawa.
Lebih senangnya lagi, bapak meminta saya meninggalkan laporan yang sudah saya siapkan secara tertulis untuk dipelajari lagi. Terus terang pak, ini sebuah harapan untuk saya. Harapan tertinggi saya dan teman-teman lainnya semoga bapak bisa menyikapi semua ini layaknya pemimpin yang menang PEMILU (Pemimpin Yang Mikirin Loe)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar