Dengan Membaca Kita
Bisa Menulis,Dengan Menulis Kita Pasti Membaca
(Sugianti)
Membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisis, dan menginterpretasikan
apa yang dibaca untuk memperoleh pesan yang ingin disampaikan penulis dalam
media tulisannya. Hasil akhir yang diharapkan dari proses ini adalah mampu
membuat intisari dan menyimpulkan apa yang dibaca. Kegiatan membaca meliputi
membaca nyaring dan membaca dalam hati. Menurut Gorys Keraf (1996: 24),
membaca adalah suatu proses yang
kompleks meliputi kegiatan yang bersifat fisik dan mental. Membaca juga dapat
diartikan sebagai proses pemberian makna simbol-simbol visual. Menurut Samsu
Somadayo (2011: 4) mengungkapkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan interaktif
untuk memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam bahan tulis.
Di era globalisasi,yang menuntut manusia untuk selalu
mengikuti perubahan agar tidak tergerus oleh kemajuan zaman,memyebabkan manusia
harus menjadikan membaca itu adalah suatu kebutuhan,bukan sekedar gaya hidup.
Sebagaimana Rasulullah SAW menerima wahyu yang pertama, IQRA (baca). Disitu
tergambar dengan jelas,bahwa membaca adalah kunci menjelajahi dunia agar kita
tidak tersesat dalam kehidupan yang menawarkan sejuta kenikmata. Hal ini juga
dipertegas dengan sabda
Rasulullah SAW :“Siapa saja yang menginginkan sukses di dunia, maka
raihlah dengan ilmu. Siapa saja yang menginginkan sukses di akhirat, maka
raihlah dengan ilmu. Dan siapa saja yang menginginkan sukses di dunia dan
akhirat, maka raihlah keduanya dengan ilmu.” Ilmu kita dapat salah satunya dari
kegiatan membaca.
Kemampuan
membaca seseorang merupakan kemampuan dasar dalam meraih ilmu, karena hampir
semua kemampuan untuk memperoleh informasi dalam belajar bergantung pada
kemampuan tersebut. Melalui membaca, kita dapat menggali informasi, mempelajari
pengetahuan, memperkaya pengalaman, mengembangkan wawasan, dan mempelajari
segala sesuatu. Kegiatan membaca mempunyai manfaat yang sangat besar pada diri.
Menurut Jordan E. Ayan (dalam Quantum Reading, 2004:36) bahwa membaca mempunyai
manfaat sebagai berikut:
1. Membaca
menambah kosa kata dan pengetahuan akan tata bahasa dan tata kalimat. Membaca
memperkenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif. Dengan demikian, dapat
mempertajam kepekaan bahasa dan kemampuan menyatakan perasaan;
2. Banyak
buku dan artikel yang mengajak kita untuk berintropeksi diri dan melontarkan
pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang
lain;
3. Membaca
memicu imajinasi. Buku atau bacaan yang baik mengajak kita membayangkan dunia
beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi, dan karakternya.
Banyak
manfaat yang dapat kita dapat dengan kegiatan membaca. Dengan membaca, kita
dapat membuka jendela dunia. Dengan membaca kita juga akan mendapatkan nilai,
sikap, ajaran-ajaran moral tertentu. Membaca juga dapat dijadikan tujuan
mencari pahala , bahkan mambaca merupakan ibadah. Membaca yang semula merupakan
sarana mencari pengetahuan ternyata dapat dijadikan tujuan melestarikan khazanah ilmiah agar
eksistensinya tetap terjaga. Apalagi sebagai pendidik,dengan membaca kita dapat
memperbaiki kualitas diri kita dengan menyajikan ilmu yang sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan zaman.
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menuangkan pikiran,perasaan,atau
gagasan dalam sebuah catatan atau media informasi
lainnya dalam bentuk aksara.
Menurut KBBI, pengertian menulis adalah
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan
tulisan. Menulis berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk
tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang melalui
tulisannya. Silakan pilih
bentuk yang mana yang kamu suka: cerpen, puisi, artikel, atau novel.
Tulis saja! Menulislah seperti air yang mengalir. Tidak usah dipikirkan,apakah tulisan kita akan dibaca orang atau tidak? Semakin sering berlatih, akan makin mahir. Suatu saat, kita akan memiliki kemampuan menulis yang handal, begitu ungkap Bapak Dedi Dwitagama pada acara Sejuta Guru NgeBlog yang saya ikutin di Wisma UNJ bulan maret yang lalu.
Menulislah, maka kamu ada! Ungkapan ini sebenarnya merupakan adaptasi dari Sokrates, seorang ahli filsafat Yunani. Dia mengungkapkan, berpikirlah, maka kamu ada! Ini artinya, eksistensi kita sebagai manusia ditentukan oleh seberapa intensif kita mau berpikir. Berpikir dalam arti mendayagunakan kemampuan otak kita untuk memberi solusi atas permasalahan di sekitar kita. Menulislah setiap hari,walau hanya status di FB, dan nantikan keajaiban yang terjadi, demikian nasihat yang selalu di sampaikan oleh Bapak Wijaya Kusuma, seorang guru yang kerap meraih berbagai penghargaan dari tulisannya.
Kapan sih kita bisa mulai menulis?
Kegiatan menulis saya rasa bisa dilakukan oleh setiap orang tanpa batasan usia.
Sejak di sekolah Taman Kanak-Kanak kita sudah diajarkan menulis. Di Sekolah
Dasar pun kita juga diajarkan bagaimana menulis berbagai wacana, belajar
menceritakan pengalaman yang kita alami, namun hingga selesai sekolah bahkan
hingga lulus kuliah tidak satupun karya berupa tulisan yang kita miiki. Kenapa
demikian? Ya….karena kita tidak mau membiasakan diri untuk menuangkan
ide,gagasan,pendapat,ataupun imajinasi dari apa yang telah kita baca,lihat,atau
dialami menjadi sebuah tulisan. Apa yang kita pikirkan hanya tertuang dalam
obrolan santai dengan teman. Ide cemerlang kita hanya disampaikan dalam sebuah
forum diskusi/rapat komisi yang belum tentu direalisasikan. Padahal, jika pemikiran
dan ide tersebut kita tuangkan dalam sebuah tulisan dan dipublikasi,di ketahui
orang banyak. Bisa jadi apa yang selama ini hanya kita diskusikan di kantin
sekolah atau di ruang guru bisa merubah dunia. He…he…..
Tidak ada kata terlambat untuk
belajar sesuatu yang positif. Sejak bergabung dengan Komunitas Sejuta Guru
Ngeblog, dari situ saya sadar, bahwa selama ini saya mengalami kemunduran dalam
melaksanakan tugas profesi saya. Waktu di wisuda sebagai sarjana pendidikan,
saya mempunyai tekad akan mengabdi pada bangsa dan Negara ini dengan ilmu yang
saya dapat selama di bangku kuliah. Setelah hampir 15 tahun mengajar, kok gaya
mengajar saya begitu-begitu saja. Mengajar
dengan hanya meniru pola orang lain. Mengajar hanya sesuai dengan petunjuk
teknis tanpa ada pengembangan kreatifitas.
Guru-guru yang tergabung dalam
komunitas ini bisa saya katakana sebagai guru hebat, guru inovatif, guru era
baru,guru yang membawa perubahan. Mereka menpunyai motivasi yang tinggi dalam
mengembangkan dan memajukan dunia pendidikan. Berbagai karya mereka bisa
dijadikan inspirasi bagi guru-guru di negeri ini dalam pengembangan profesi.
Saya merasa malu,merasa semakin kecil,karena selama ini saya merasa sudah
maksimal memberikan pelayanan pendidikan pada anak negeri ini,pahahal saya
bukan siapa-siapa di jika melihat karya-karya mereka.
Kenapa sebagai guru Bahasa
Indonesia saya tidak mampu menghasilkan karya? Bagaimana saya mengajarkan
menulis puisi, menulis cerpen, atau kegiatan yang lainnya, jika saya sendiri
belum mampu menunjukkan karya yang saya hasilkan pada anak didik saya. Sejak
itu,saya mulai belajar menuangkan apa yang saya pikirkan,apa yang saya rasakan
dalam bentuk tulisan. Meskipun tulisan saya belum pernah dipublikasi di media, saya
mempunyai dokumen yang bisa dilihat oleh anak-anak di Blog pribadi saya. Paling
tidak mereka tahu, bahwa apa yang saya ajarkan, saya juga telah menerapkannya
dalam kehidupan sendiri. Bukan sekedar teori belaka.
Belajar menulispun bisa dengan siapa
saja. Tanpa harus menyediakan waktu
khusus untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan menulis dengan biaya yang tidak
sedikit dan memerlukan waktu yang
berkelanjutan. Puluhan artikel belajar menulis
yang di poskan oleh penulis-penulis
ternama bisa kita pelajari sebagai dasar
untuk penulis pemula. Tidak sedikit juga
grup-grup yang ada di facebook yang mengadakan pelatihan menulis. Contohnya
komunitas yang sudah saya ikuti adalah Komunitas Sejuta Guru Ngeblog dengan
alamat URL https://www.facebook.com/groups/gurublogger/. Dalam komunitas
ini, sejumlah guru yang tergabung dalam guru era baru rutin mengadakan
pelatihan gratis untuk guru-guru di seluruh Indonesia agar mampu menjadi
penulis dengan membuat blog pribadi dan membangun personal building yang baik.
Untuk penulisan fiksi, Kita bisa mengikuti
grup Taman Fiksi dengan lamat URL https://www.facebook.com/groups/569684426501836/ dalam grup ini setiap minggunya menghadirkan penulis-penulis ternama yang
memberikan tips dan kiat menulis cerpen, puisi, maupun novel yang baik di kolom
Sudut Rahasia Taman Fiksi. Banyak hal yang bisa kita tanyakan sehubungan dengan
kegiatan menulis atau menerbitkan karya. Semunya bisa kita peroleh secara gratis
tanpa diminta dana sepeserpun. Kita juga bisa menampilkan karya kita yang masih
amatiran untuk diberikan penilain, dimana sisi kelemahannnya dari segi unsur
instrinsik/ekstrinya dan dimana letak kekuatan karya kita yang harus
dipertahankan. Hampir tiga bulan bergabung di grup ini, alhamdulilah sudah bisa
menulis beberapa cerpen meskipun belum dipublikasikan. Masih sebatas
dokumen pribadi saja.
Dalam keterampilan berbahasa,
membaca dan menulis merupakan suatu keterampilan yang mempunyai hubungan satu
dengan yang lainnya. Untuk menjadi penulis yang baik kita harus suka
membaca,pembaca yang baik akan menghasilkan ide, pendapat, atau informasi dari
apa yang dibaca untuk dijadikan bahan
tulisan yang baru. Begitu juga sebaliknya, pembaca yang baik akan mempunyai
sikap dan penilaian terhadap apa yang ditulis orang, mampu memberikan apresiasi
terhadap tulisan yang mempunyai kualitas dan tidak lekas memberikan penilaian
yang negative terhadap tulisan-tulisan yang bersifat profokator, sara, atau
yang lainnya. Ia akan lebih jeli dalam memberikan penilaian, karena mampu
menangkap pesan dari tulisan yang ia baca dari kebiasaannnya yang membaca
berbagai referensi atau tulisan. Bisa dikatakan cukup pengetahuan dari hasil
membacanya.
Membaca dan menulis adalah suatu
kegiatan yang bisa dilakukan di mana saja tanpa terikat waktu. Kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan seseorang dapat mengakses semua
informasi yang kita butuhkan tanpa batas. Saat ini, hanya melalui handphone android
( yang harganya sangat terjangkau) kita dapat mengunduh aplikasi yang sesuai
dengan kebutuhan kita. Berbagai media online
yang ada bisa menjadi sumber bacaan kita setiap hari tanpa harus
menyediakan waktu dan dana khusus untuk membeli koran, majalah dan sebagainya.
Kita bisa mengakses berita atau apapun yang kita butuhkan dimana saja berada, bisa
saat dikendaraan menuju tempat kerja, jam istirahat, atau disela-sela waktu
lainnya daripada bengong tidak karuan.
Berapa banyak waktumu dalam sehari
yang engkau gunakan untuk membaca? Begitu pertannyaan yang di ajukan dosen
Pengembangan Kurikulum pada saat memberikan kuliah di program Pasca Sarajana
MPT yang saya ikuti. Bagaimana seorang guru bisa mengembangkan ilmu yang
dimilikinya dengan baik, jika waktunya habis dipergunakan untuk hal-hal yang
tidak ada hubungannya dengan profesinya. Selesai melaksanakan tugas
profesi,waktu luang yang ada lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang tidak
ada hubungannya dengan pekerjaan. Sisihkan uang yang kita terima untuk
memperbaiki kualitas diri. Beli buku yang bermanfaat untuk menunjang
profesionalitas kita. Dengan memperbanyak membaca,pengetahuan kita menjadi
segar dan berkembang sehingga tidak disebut oleh anak didik kita dengan “guru
yang begitu-begitu melulu dari waktu ke waktu”
Bahkan Kepala Sekolah di tempat
saya mengajarpun menganjurkan guru-guru di SMPN 84 Jakarta untuk mengembangkan
kreatifitas dengan meyelesaikan, memperbaiki, merevisi, bahkan jika mampu
mendesain pembelajaran usai jam sekolah sambil menunggu absen pulang. Berbagai
fasilitas untuk itu telah disediakan, setiap masing-masing rumpun program studi
diberikan laptop untuk kegiatan KBM. Untuk mengakses informasi dari luar, sekolah
juga menyediakan jaringan internet dengan kapasitas 20 mega. Guru dituntut
untuk mampu pemanfaatkan fasilitas pendidikan yang telah disediakan pemerintah
seperti LCD di setiap ruang belajar, Jaringan internet yang menjangkau semua
ruang,yang sangat memungkinkan sekali untuk menerapkan pembelajaran dengan
model E-Learning.
Jika masih berat menyediakan waktu
untuk membaca, menyegarkan informasi, dan berkreasi, mulaillah dengan hal yang
kecil terlebih dahulu. Menulis untuk diri sendiri. Kemudian menulis untuk
kepentingan pembelajaran dengan membuat materi ajar dan mengembangkannya sesuai
dengan kebutuhan siswa kita di blog pribadi seperti yang sudah saya mulai sejak
bulan maret yang lalu dengan alamat URL www.sugianti bisri.blogspot.com. Sebuah blog pembelajaran yang
saya rintis untuk kegiatan pembelajaran. Selain sebagai sumber dan media
pembelajaran, blog tersebut juga menampilkan kegiatan-kegiatan guru dan
siswa selama KBM.
Kita juga bisa memulai dengan mengabarkan aktifitas positif di
sekolah pada dunia walaupunn hanya
status di facebook, berikan tanggapan pada tulisan-tulisan/status orang lain di
media social, dengan begitu kamu sudah mulai membuka interaksi dengan dunia
luar. Kemudian mulai membaca artikel-artikel yang ringan yang sesuai dengan
hobbymu. Lama kelamaan, membaca akan menjadi sebuah kebutuhan, karena
eksistensimu telah memberikan pengalaman dan pengetahuan baru. Saya sadar,
untuk menulis, terutama menulis puisi, cerpen, atau artikel memang sesuatu yang
sulit, butuh latihan dan ketekunan. Namanya orang belajar, yang penting saya
menulis. Apapun tanggapan orang untuk sementara saya abaikan. Jika tanggapan
atau masukan dari orang yang membaca tulisan saya berguna untuk memperbaiki
kualitas menulis saya,saya ambil,saya terapkan untuk perbaikan. Untuk hal-hal
yang lain,saya abaikan.
Saat di grup belajar yang menulis
yang saya ikuti membuat sesi penanyangan karya untuk penulis-penulis pemula.
Saya memberanikan diri memposting cerpen perdana saya, habis pokoknya. Ternyata
kemampuan menulis saya masih sangat menyedihkan sekali. Selama ini saya hanya
bisa berteori tentang alur, penokohan, setting, tema, amanat pada karya-karya
yang ada dalam buku pelajaran saat pelajaran sastra. Saat menulis karya
sendiri, ternyata apa yang saya tulis masih jauh di bawah standar untuk di
bilang suatu karya sastra. Sekali lagi saya katakan, namanya juga belajar.
Ambil nilai positif dari masukan yang diberikan orang, tetap belajar. Jangan
pernah menyerah walaupun karya kita dibilang picisan, artikel kita belum mampu
mewakili apa yang mau kita sampaikan. Pedang yang tumpul sekalipun jika terus
diasah lama kelamaan akan tajam,apa lagi daya piker manusia. Terus berusaha.Pantaskan
diri untuk di sebut sebagai guru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar