media dan sumber belajarnya sugianti bisri

Pentingnya Literasi bagi Guru

Sugianti Bisri | Rabu, September 02, 2015 |
Dengan Membaca Kita Bisa Menulis,Dengan Menulis Kita Pasti Membaca
(Sugianti)


Membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisis, dan menginterpretasikan apa yang dibaca untuk memperoleh pesan yang ingin disampaikan penulis dalam media tulisannya. Hasil akhir yang diharapkan dari proses ini adalah mampu membuat intisari dan menyimpulkan apa yang dibaca. Kegiatan membaca meliputi membaca nyaring dan membaca dalam hati. Menurut Gorys Keraf (1996: 24), membaca adalah suatu  proses yang kompleks meliputi kegiatan yang bersifat fisik dan mental. Membaca juga dapat diartikan sebagai proses pemberian makna simbol-simbol visual. Menurut Samsu Somadayo (2011: 4) mengungkapkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam bahan tulis.

Di era globalisasi,yang menuntut manusia untuk selalu mengikuti perubahan agar tidak tergerus oleh kemajuan zaman,memyebabkan manusia harus menjadikan membaca itu adalah suatu kebutuhan,bukan sekedar gaya hidup. Sebagaimana Rasulullah SAW menerima wahyu yang pertama, IQRA (baca). Disitu tergambar dengan jelas,bahwa membaca adalah kunci menjelajahi dunia agar kita tidak tersesat dalam kehidupan yang menawarkan sejuta kenikmata. Hal ini juga dipertegas dengan sabda Rasulullah SAW :“Siapa saja yang menginginkan sukses di dunia, maka raihlah dengan ilmu. Siapa saja yang menginginkan sukses di akhirat, maka raihlah dengan ilmu. Dan siapa saja yang menginginkan sukses di dunia dan akhirat, maka raihlah keduanya dengan ilmu.” Ilmu kita dapat salah satunya dari kegiatan membaca.

Kemampuan membaca seseorang merupakan kemampuan dasar dalam meraih ilmu, karena hampir semua kemampuan untuk memperoleh informasi dalam belajar bergantung pada kemampuan tersebut. Melalui membaca, kita dapat menggali informasi, mempelajari pengetahuan, memperkaya pengalaman, mengembangkan wawasan, dan mempelajari segala sesuatu. Kegiatan membaca mempunyai manfaat yang sangat besar pada diri. Menurut Jordan E. Ayan (dalam Quantum Reading, 2004:36) bahwa membaca mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Membaca menambah kosa kata dan pengetahuan akan tata bahasa dan tata kalimat. Membaca memperkenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif. Dengan demikian, dapat mempertajam kepekaan bahasa dan kemampuan menyatakan perasaan;
2. Banyak buku dan artikel yang mengajak kita untuk berintropeksi diri dan melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang lain;
3.  Membaca memicu imajinasi. Buku atau bacaan yang baik mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi, dan karakternya.
Banyak manfaat yang dapat kita dapat dengan kegiatan membaca. Dengan membaca, kita dapat membuka jendela dunia. Dengan membaca kita juga akan mendapatkan nilai, sikap, ajaran-ajaran moral tertentu. Membaca juga dapat dijadikan tujuan mencari pahala , bahkan mambaca merupakan ibadah. Membaca yang semula merupakan sarana mencari pengetahuan ternyata dapat dijadikan  tujuan melestarikan khazanah ilmiah agar eksistensinya tetap terjaga. Apalagi sebagai pendidik,dengan membaca kita dapat memperbaiki kualitas diri kita dengan menyajikan ilmu yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menuangkan pikiran,perasaan,atau gagasan dalam sebuah catatan atau media  informasi lainnya dalam bentuk aksara. Menurut KBBI, pengertian menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang melalui tulisannya. Silakan pilih bentuk yang mana yang kamu suka: cerpen, puisi, artikel, atau novel.

Tulis saja! Menulislah seperti air yang mengalir. Tidak usah dipikirkan,apakah tulisan kita akan dibaca orang atau tidak? Semakin  sering berlatih, akan makin mahir. Suatu saat, kita akan memiliki kemampuan menulis yang handal, begitu ungkap Bapak Dedi Dwitagama pada acara Sejuta Guru NgeBlog yang saya ikutin di Wisma UNJ bulan maret yang lalu.  

Menulislah, maka kamu ada! Ungkapan ini sebenarnya merupakan adaptasi dari  Sokrates, seorang ahli filsafat Yunani. Dia mengungkapkan, berpikirlah, maka kamu ada! Ini artinya, eksistensi kita sebagai manusia ditentukan oleh seberapa intensif kita mau berpikir. Berpikir dalam arti mendayagunakan kemampuan otak kita untuk memberi solusi atas permasalahan di sekitar kita. Menulislah setiap hari,walau hanya status di FB, dan nantikan keajaiban yang terjadi, demikian nasihat yang selalu di sampaikan oleh Bapak Wijaya Kusuma, seorang guru yang kerap meraih berbagai penghargaan dari tulisannya.

Kapan sih kita bisa mulai menulis? Kegiatan menulis saya rasa bisa dilakukan oleh setiap orang tanpa batasan usia. Sejak di sekolah Taman Kanak-Kanak kita sudah diajarkan menulis. Di Sekolah Dasar pun kita juga diajarkan bagaimana menulis berbagai wacana, belajar menceritakan pengalaman yang kita alami, namun hingga selesai sekolah bahkan hingga lulus kuliah tidak satupun karya berupa tulisan yang kita miiki. Kenapa demikian? Ya….karena kita tidak mau membiasakan diri untuk menuangkan ide,gagasan,pendapat,ataupun imajinasi dari apa yang telah kita baca,lihat,atau dialami menjadi sebuah tulisan. Apa yang kita pikirkan hanya tertuang dalam obrolan santai dengan teman. Ide cemerlang kita hanya disampaikan dalam sebuah forum diskusi/rapat komisi yang belum tentu direalisasikan. Padahal, jika pemikiran dan ide tersebut kita tuangkan dalam sebuah tulisan dan dipublikasi,di ketahui orang banyak. Bisa jadi apa yang selama ini hanya kita diskusikan di kantin sekolah atau di ruang guru bisa merubah dunia. He…he…..

Tidak ada kata terlambat untuk belajar sesuatu yang positif. Sejak bergabung dengan Komunitas Sejuta Guru Ngeblog, dari situ saya sadar, bahwa selama ini saya mengalami kemunduran dalam melaksanakan tugas profesi saya. Waktu di wisuda sebagai sarjana pendidikan, saya mempunyai tekad akan mengabdi pada bangsa dan Negara ini dengan ilmu yang saya dapat selama di bangku kuliah. Setelah hampir 15 tahun mengajar, kok gaya mengajar saya begitu-begitu saja.   Mengajar dengan hanya meniru pola orang lain. Mengajar hanya sesuai dengan petunjuk teknis tanpa ada pengembangan kreatifitas.
Guru-guru yang tergabung dalam komunitas ini bisa saya katakana sebagai guru hebat, guru inovatif, guru era baru,guru yang membawa perubahan. Mereka menpunyai motivasi yang tinggi dalam mengembangkan dan memajukan dunia pendidikan. Berbagai karya mereka bisa dijadikan inspirasi bagi guru-guru di negeri ini dalam pengembangan profesi. Saya merasa malu,merasa semakin kecil,karena selama ini saya merasa sudah maksimal memberikan pelayanan pendidikan pada anak negeri ini,pahahal saya bukan siapa-siapa di jika melihat karya-karya mereka.

Kenapa sebagai guru Bahasa Indonesia saya tidak mampu menghasilkan karya? Bagaimana saya mengajarkan menulis puisi, menulis cerpen, atau kegiatan yang lainnya, jika saya sendiri belum mampu menunjukkan karya yang saya hasilkan pada anak didik saya. Sejak itu,saya mulai belajar menuangkan apa yang saya pikirkan,apa yang saya rasakan dalam bentuk tulisan. Meskipun tulisan saya belum pernah dipublikasi di media, saya mempunyai dokumen yang bisa dilihat oleh anak-anak di Blog pribadi saya. Paling tidak mereka tahu, bahwa apa yang saya ajarkan, saya juga telah menerapkannya dalam kehidupan sendiri. Bukan sekedar teori belaka.

         Belajar menulispun bisa dengan siapa saja. Tanpa harus menyediakan waktu
         khusus untuk mengikuti pelatihan-pelatihan menulis dengan biaya yang tidak
         sedikit dan memerlukan waktu yang berkelanjutan. Puluhan artikel belajar menulis
         yang di poskan oleh penulis-penulis ternama  bisa kita pelajari sebagai dasar
         untuk penulis pemula. Tidak sedikit juga grup-grup yang ada di facebook yang mengadakan pelatihan menulis. Contohnya komunitas yang sudah saya ikuti adalah Komunitas Sejuta Guru Ngeblog dengan alamat URL https://www.facebook.com/groups/gurublogger/. Dalam komunitas ini, sejumlah guru yang tergabung dalam guru era baru rutin mengadakan pelatihan gratis untuk guru-guru di seluruh Indonesia agar mampu menjadi penulis dengan membuat blog pribadi dan membangun personal building  yang baik.

       Untuk penulisan fiksi, Kita bisa mengikuti grup Taman Fiksi dengan lamat URL https://www.facebook.com/groups/569684426501836/ dalam grup ini setiap minggunya menghadirkan penulis-penulis ternama yang memberikan tips dan kiat menulis cerpen, puisi, maupun novel yang baik di kolom Sudut Rahasia Taman Fiksi. Banyak hal yang bisa kita tanyakan sehubungan dengan kegiatan menulis atau menerbitkan karya. Semunya bisa kita peroleh secara gratis tanpa diminta dana sepeserpun. Kita juga bisa menampilkan karya kita yang masih amatiran untuk diberikan penilain, dimana sisi kelemahannnya dari segi unsur instrinsik/ekstrinya dan dimana letak kekuatan karya kita yang harus dipertahankan. Hampir tiga bulan bergabung di grup ini, alhamdulilah sudah bisa menulis beberapa cerpen meskipun belum dipublikasikan. Masih sebatas dokumen  pribadi saja.


Dalam keterampilan berbahasa, membaca dan menulis merupakan suatu keterampilan yang mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya. Untuk menjadi penulis yang baik kita harus suka membaca,pembaca yang baik akan menghasilkan ide, pendapat, atau informasi dari apa yang dibaca untuk  dijadikan bahan tulisan yang baru. Begitu juga sebaliknya, pembaca yang baik akan mempunyai sikap dan penilaian terhadap apa yang ditulis orang, mampu memberikan apresiasi terhadap tulisan yang mempunyai kualitas dan tidak lekas memberikan penilaian yang negative terhadap tulisan-tulisan yang bersifat profokator, sara, atau yang lainnya. Ia akan lebih jeli dalam memberikan penilaian, karena mampu menangkap pesan dari tulisan yang ia baca dari kebiasaannnya yang membaca berbagai referensi atau tulisan. Bisa dikatakan cukup pengetahuan dari hasil membacanya.

Membaca dan menulis adalah suatu kegiatan yang bisa dilakukan di mana saja tanpa terikat waktu. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan seseorang dapat mengakses semua informasi yang kita butuhkan tanpa batas. Saat ini, hanya melalui handphone android ( yang harganya sangat terjangkau) kita dapat mengunduh aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan kita. Berbagai media online  yang ada bisa menjadi sumber bacaan kita setiap hari tanpa harus menyediakan waktu dan dana khusus untuk membeli koran, majalah dan sebagainya. Kita bisa mengakses berita atau apapun yang kita butuhkan dimana saja berada, bisa saat dikendaraan menuju tempat kerja, jam istirahat, atau disela-sela waktu lainnya daripada bengong tidak karuan.

Berapa banyak waktumu dalam sehari yang engkau gunakan untuk membaca? Begitu pertannyaan yang di ajukan dosen Pengembangan Kurikulum pada saat memberikan kuliah di program Pasca Sarajana MPT yang saya ikuti. Bagaimana seorang guru bisa mengembangkan ilmu yang dimilikinya dengan baik, jika waktunya habis dipergunakan untuk hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan profesinya. Selesai melaksanakan tugas profesi,waktu luang yang ada lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Sisihkan uang yang kita terima untuk memperbaiki kualitas diri. Beli buku yang bermanfaat untuk menunjang profesionalitas kita. Dengan memperbanyak membaca,pengetahuan kita menjadi segar dan berkembang sehingga tidak disebut oleh anak didik kita dengan “guru yang begitu-begitu melulu dari waktu ke waktu”
Bahkan Kepala Sekolah di tempat saya mengajarpun menganjurkan guru-guru di SMPN 84 Jakarta untuk mengembangkan kreatifitas dengan meyelesaikan, memperbaiki, merevisi, bahkan jika mampu mendesain pembelajaran usai jam sekolah sambil menunggu absen pulang. Berbagai fasilitas untuk itu telah disediakan, setiap masing-masing rumpun program studi diberikan laptop untuk kegiatan KBM. Untuk mengakses informasi dari luar, sekolah juga menyediakan jaringan internet dengan kapasitas 20 mega. Guru dituntut untuk mampu pemanfaatkan fasilitas pendidikan yang telah disediakan pemerintah seperti LCD di setiap ruang belajar, Jaringan internet yang menjangkau semua ruang,yang sangat memungkinkan sekali untuk menerapkan pembelajaran dengan model E-Learning.
Jika masih berat menyediakan waktu untuk membaca, menyegarkan informasi, dan berkreasi, mulaillah dengan hal yang kecil terlebih dahulu. Menulis untuk diri sendiri. Kemudian menulis untuk kepentingan pembelajaran dengan membuat materi ajar dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan siswa kita di blog pribadi seperti yang sudah saya mulai sejak bulan maret yang lalu dengan alamat URL www.sugianti bisri.blogspot.com. Sebuah blog pembelajaran yang saya rintis untuk kegiatan pembelajaran. Selain sebagai sumber dan media pembelajaran, blog tersebut juga menampilkan kegiatan-kegiatan guru dan siswa  selama KBM.
Kita juga bisa memulai  dengan mengabarkan aktifitas positif di sekolah  pada dunia walaupunn hanya status di facebook, berikan tanggapan pada tulisan-tulisan/status orang lain di media social, dengan begitu kamu sudah mulai membuka interaksi dengan dunia luar. Kemudian mulai membaca artikel-artikel yang ringan yang sesuai dengan hobbymu. Lama kelamaan, membaca akan menjadi sebuah kebutuhan, karena eksistensimu telah memberikan pengalaman dan pengetahuan baru. Saya sadar, untuk menulis, terutama menulis puisi, cerpen, atau artikel memang sesuatu yang sulit, butuh latihan dan ketekunan. Namanya orang belajar, yang penting saya menulis. Apapun tanggapan orang untuk sementara saya abaikan. Jika tanggapan atau masukan dari orang yang membaca tulisan saya berguna untuk memperbaiki kualitas menulis saya,saya ambil,saya terapkan untuk perbaikan. Untuk hal-hal yang lain,saya abaikan.

Saat di grup belajar yang menulis yang saya ikuti membuat sesi penanyangan karya untuk penulis-penulis pemula. Saya memberanikan diri memposting cerpen perdana saya, habis pokoknya. Ternyata kemampuan menulis saya masih sangat menyedihkan sekali. Selama ini saya hanya bisa berteori tentang alur, penokohan, setting, tema, amanat pada karya-karya yang ada dalam buku pelajaran saat pelajaran sastra. Saat menulis karya sendiri, ternyata apa yang saya tulis masih jauh di bawah standar untuk di bilang suatu karya sastra. Sekali lagi saya katakan, namanya juga belajar. Ambil nilai positif dari masukan yang diberikan orang, tetap belajar. Jangan pernah menyerah walaupun karya kita dibilang picisan, artikel kita belum mampu mewakili apa yang mau kita sampaikan. Pedang yang tumpul sekalipun jika terus diasah lama kelamaan akan tajam,apa lagi daya piker manusia. Terus berusaha.Pantaskan diri untuk di sebut sebagai guru







Tidak ada komentar:

Posting Komentar