media dan sumber belajarnya sugianti bisri

Guru Honor Sekolah Negeri,Kartini di Era Syahrini

Sugianti Bisri | Minggu, April 19, 2015 |
“Kata teman saya Guru adalah Pahlawan tanpa tanda jasa, terus guru itu gak boleh nuntut banyak tentang gaji besar ya terima apa adannya..bagaimana menurut teman-teman guru tentang pendapat temen saya itu?”...
Top of Form
 66 orang menyukai ini.
“Setiap guru baik PNS maupun HONORER mempunyai kewajiban yg sm.apakah honorer jg mempunyai hak yg sm dlm suatu instansi sklh?”
Top of Form
 22 orang menyukai ini.

“Sy sdh sukwan hampir 8 thn,gaji 150rb g' naik2,malah di thn 2015 ini sdh 4 bln g'da gaji,gmn mnrut bpk ibu guru?”
Top of Form
55 orang menyukai ini.
“PNS oh PNS..kami tahu engkau lebih segala nya dari pd kami yg hanya honorer..gaji PNS sampai berjuta juta,bahkan yg bersertifikasi puluhan juta,sedangkan kami hanya beratus ratus ribu saja,namun seberapapun itu tetap kami syukuri..semoga berkah”.
Top of Form
 313 orang menyukai ini.
“sebelumnya saya mhn maaf ttg status saya ini. saya hny ingin skdr berbagi ttg crita hdup sy, ini berawal dr keprihatinan beberapa tmn yg memposting mslh hnor kecl sbgai wiyata bhakti. suami sy jg menjadhj wiyata selama 10 th..kami telah dikarunia ank satu. tp alhmdulilah suami saya tidak pernah mengeluh dg honor hanya 150 rb. kami tdk pernah menyesal dg pilhn kami. wkt itu detik trakhr pengumuman k2 saya smpt berpkir bgmn crnyajika tdk diterima cpns..kami akn bertransmigasi,dg bgtu suami bisa tetap ngajar dan pulangnya bisa bercocok tanam krn mgkn dg trnsmigasi kt dpt tanah..itu pkran kami. kami tdk ingin mempersulit hdup yg mmg sdh sulit. perlu diketahui suamiku tidak mgkn ikt tes umum krn dah usia 38 , dan ipk tdk memenuhi. tp Allah berkata lain, suamiku diterima cpns.. teman2 tahu siapa tmpt saya dan suami mengeluh yaitu Allah. tanpa yg lain tahu bahwa kami hidup kekurangan wktu itu.. orang lain berpkir menjadi guru itu enak. karena kami tidak mau mengeluh kepada orla maka memang benar menjadi guru itu pekerjaan paling enak bagi kami.. mengeluh dg orla tidak akan menyelesaikan masalah..apalg jika mslh materi.. untk bisa bener bener menjadi guru berpikirlah bagaimana caranya mendapat pemasukan tambhan. maaf. statusku ini sungguh tidak bermutu”.Top of Form
 40 orang menyukai ini

Kutipan diatas saya ambil dari status FB temen-temen honorer di sekolah negeri di salah satu grup guru yang saya ikuti. Berbagai sharing tentang kegiatan mereka di bahas di sana. Mulai dari nominal yang diterima, aktifitas mereka di luar sekolah untuk menyambung hidup (ada yang membuka les,les privat dari rumah ke rumah,dagang kue,buka toko online) dsb,sampai pengalamannya mengajar dan bagaimana menghadapi anak didik dengan berbagai karakter.

Guru honor sekolah negeri adalah pegawai honor yang diagkat oleh kepala sekolah yang bersangkutan untuk memenuhi kebutuhan guru  karena pemerintah tidak menyiapkan guru PNS yang dibutuhkan.Keberadaan  mereka tidak mempunyai payung hukum yang kuat . Sehingga tak heran jika hak yang diterimanya sangat jauh berbeda dengan guru/pegawai non PNS yang mengabdi di sekolah swasta/yayasan. Jika guru swasta bisa mengantongi 2-5juta perbulan belum lagi tunjangan profesi lainnya. Guru honor pasrah dengan gaji 150-1 juta perbulannya,tergantung jumlah jam mengajar yang diembannya dan kebijakan sekolah menghargai jasa mereka. Semakin banyak jam mengajar,semakin lumayan uang yang dibawa pulang.
Kenapa guru honor tidak bisa diikutkan sertifikasi? Itu pertanyan yang kerap ditemui pada setiap postingan,atau sekedar curahan hati pada  teman seprofesi. Berbeda dengan guru yayasan,guru honor bertugas dengan SK Kepala Sekolah. Sedangkan syarat untuk pengajuan sertifikasi harus ada SK bupati/walikota. Sejauh ini meskipun guru honor telah mengabdi minimal 7 tahun (karena sejak tahun 2008 sekolah negeri tidak boleh menerima guru honor lagi) namun pada kenyataannya sangat sulit untuk mendapatkan SK tersebut. Sedangkan guru swasta/yayasan mereka bisa menggunakan SK pengangkatan dari yayasan. Berdasarkan PP 74 tahun 2008,disekolah negeri guru tetapnya yaitu PNS,kalau di swasta guru tetapnya yang ditetapkan yayasan. Guru yang berhak mengajukan sertifikasi adalah mereka yang disebut guru tetap. Tak heran jika guru yayasan rata-rata sudah bersertifikasi.

Sungguh ironi memang,,keberadaan mereka ibarat anak yang tidak diinginkan kehadirannya di sekolah negeri,,begitu salah satu teman saya menyebutnya. Jika berbicara profesionalisme mereka tidak melihat status kepegawaian,,beban kerja dan tanggung jawab disamaratakan. Jika berbicara hak,mereka berdalih kalau tahan dengan pendapatan anda silanhkan dilanjutkan,jika tidak silangkan  angkat tangan. Masih banyak orang-orang di luar sana yang mau menjadi guru honor disekolah negeri.
Yang membuat mereka bertahan dengan penghasilan yang jauh dari kata lumayan adalah harapan yang besar,suatu saat bisa menjadi guru sejati (PNS). Tidak sedikit para senior mereka yang saat ini sudah menjadi guru PNS juga dulunya punya cerita yang sama dengan mereka. Harapan satu-satunya bagi mereka adalah pemerintah memprioritaskan mereka diangkat menjadi PNS tanpa adanya dikotomi guru Kategori 2 yang tidak lulus CPNS,yang konon menurut informasi terakhir dari petinggi ini akan diangkat semua tanpa tes. Guru honor non kategori yang keberadaan mereka saat pendataan seleksi CPNS tahun 2012 yang lalu belum genap mengabdi selama tujuh tahun. Jadi belum memenuhi syarat untuk diikutkan dalam seleksi tes CPNS.

Merekalah yang patut kita sebut pahlawan tanpa tanda jasa. Kartini/kartono di era Sahrini. Bagaimana tidak? Mereka tetap mengabdi pada negeri ini untuk mengambil bagian mencerdaskan anak negeri,dengan honor yang tak manusiawi. Seberapa lama uang 150.000 bisa bertahan di kantong mereka. Mungkin hanya untuk transport serta uang haus dan lapar selama seminggu kalau mereka tinggal di metropolitan. Untuk membayar pembantu yang menjaga dan mengurus anak-anak mereka karena ditinggal bekerjapun jauh dari kata cukup.Bisa-bisa lebih besar gaji pembantu mereka daripada gaji yang diterima sebagai tenaga honor. Tenaga professional dengan pendidikan sarjana. He…he…..

Guru adalah  profesi yang menjadi pusat perhatian,untuk itu ia harus menjaga penampilan. Baju  yang sudah mengkilat oleh setrikaan juga kurang pantas dikenakan untuk mengajar. Apalagi jika mereka mengabdi di sekolah yang siswanya berlatar belakang ekonomi menengah ke atas. Hal ini bisa menimbulkan kesan diremehkan oleh siswa. Untuk memantaskan diri didepan anak-anak juga perlu biaya,guru laki-laki mungkin bisa cuek dalam hal ini. Bagi ibu guru honor hal ini cukup membuatnya merasa gimana gitu. Kalau guru PNS pamer tas yang bermerk,bikin baju di penjahit ternama,kakinya lecet kalau  pakai sepatu harga 50rb,mereka hanya bisa menelan ludah dan mengurut dada. Untuk bisa sampai ke sekolah dan bisa sarapan pagi ini mereka terpaksa mencuri. Mencuri waktu disela-sela tugas untuk menawarkan kue yang mereka buat sekedar dijual di kantin sekolah. Mencuri fasilitas Wifi sekolah untuk meng-upload dagangan di toko  onlinenya.

Mendekati hari kartini, hampir semua sekolah dari TK-SMA merayakan hari tersebut. Mereka mengenang Kartini karena penjuangannya yang melahirkan emansipasi pada wanita. Mungkin saja jika beliau tidak memperjuangkan hal ini, sampai saat ini wanita tetap pada tugas mereka di masa penjajah berkuasa di negeri ini. Sebagaian wanita dinegeri ini sudah menikmati emansipasi. Bisa mendapatkan pendidikan yang layak,mempunyai kesempatan bekerja sesuai dengan keahliannya dan mendapatkan imbalan sesuai dengan beban kerjanya. 
Bagaimana dengan para wanita yang mengabdi sebagai guru honor di sekolah negeri. Mereka sudah mendapatkan pendidikan yang layak,mendapatkan kesempatan bekerja sesuai keahliannya. Beban kerja dan tanggung jawab mereka sama dengan guru negeri. Tapi imbalan yang mereka terima sangat tidak manusiawi.

Mungkin sebagian dari kita tidak pernah perduli. Menganggap penampilan mereka dengan pakaian safari,gaji mereka sudah tinggi. Dalam hati mereka menangis. Ketika siswa yang diajarnya mempunyai HP yang mahal,si ibu guru harus sembunyi-sembunyi ketika menerima telpon. HP jadulnya sudah diikat gelang karet,bunyinya nat..nit..nut.  Ketika jam istirahat anak-anak jajan dikantin dan tidak perduli dengan harga makanan yang mereka pesan,si ibu hanya bisa menangis dalam hati. Perutnya belum terisi nasi dari pagi.

Guru honor sekolah negeri layak  dianggap sebagai Kartini di era Syahrini. Dimana Inflansi yang kian hari kian tinggi,honor mereka tidak pernah direvisi. Saat media banyak meliput gaya hidup wanita masa kini, Syahrini yang harus ke Singapura hanya untuk londry koleksi tas yang dimiliki, mereka masih berpikir keras bagaimana bisa hidup untuk hari ini. Miris…..semoga pemerintah terkentuk sisi hati nuraninya. Bisa melihat keberadaan mereka dan bisa menghargai pengabdian mereka walaupun tidak selayak guru negeri. Paling tidak janji orang nomor satu di negeri ini yang akan menghargai mereka setara UMP bukan sekedar mimpi di siang hari. #Selamatmengabdikartinisejatidierasyahrini#






Tidak ada komentar:

Posting Komentar