Laman

Cerpen perdana

Ibu.....Ijinkan Aku Sekolah

Siang itu matahari begitu terik. Setelah bel sekolah terdengar terlihat anak-anak mulai berhamburan meninggalkan gerbang. Dua orang gadis yang menginjak remaja terlihat berjalan menuju gang yang berada disebelah selatan sekolahnya.Tas dibahunya terlihat berat. Seperti biasa,Listi dan  Rini menyusuri jalanan setapak yang terlihat mulai hancur dibeberapa bagian. Mereka terlihat begitu buru-buru.
Hari ini Listi mendapatkan tugas menyalin kalimat"AKU BERJANJI TIDAK AKAN DATANG TERLAMBAT LAGI" sebanyak 100x. Gadis yang duduk dibangku kelas 5 itu memang datang terlambat pagi tadi,saat bu Yenni walikelasnya yang super cantik itu sudah cuap-cuap dikelas,ia baru muncul. Sialan...pikir anak itu. Biasanya walau jam telah menunjukkan pukul 7.15 WIB gurunya masih asik menikmati sarapan paginya di kantor.
"Waktu aku mengetuk pintu,dia terlihat begitu marah" ucap Listi memulai obrolannya dengan Rini
"Iya,Dia baru selesai gabsen saat kamu dateng"Jelas Rini
"Biasanya ibu jam 2 sudah bangun,tadi ia kesiangan. jadi aku ikutan terlambat karena kue-kue yang harus aku antar ke bu Fuji,mama Hanny,dan Mbah Kliyem juga menunggu gorengan pisang dan risol yang belum mateng" tambah Listi
"Pantes aja,waktu bapak mau ke mushola,biasanya dapur dirumahmu masih terang,suara ibumu yang ngomel-ngomel juga terdengar. Jam segitu biasanya ibumu da ke pasar. cerita bapak saat mengantarku tadi." ucap Rini
"Iya Rin,ibu semalem baru pulang nonton TV di rumah mbah jam 12,20. Filmnya bagus katanya.Aku sama mbak Liska juga ke sana,semalem mendung,petirnya bersahut-sahutan. Kalo ga mendung biasanya aku tinggal dirumah dan bisa mengerjakan PR" ucap Listi
"Sudah hampir setengah tahun TV dirumah rusak,bapak belum punya buat beli lagi" tambah Listi
"Dikasih PR segitu banyak,aku harus begadang lagi nih. belum lagi memindahkan catatan Bahasa Indonesiamu." ucap Listi lagi
"Iya lis,maaf ya bukannya aku ga mau mencatat di papan tulis,tadi bu Yenni menyuruhku mengoreksi ulangan kita yang kemaren. ituloh....ulangan IPA yang ABCD an sampe 50 " Rini menjelaskan
" aku dapet berapa Rin?" tanya Listi bersemangat
" 98 Lis,yang no 23 ga kamu tulis penjelasannya,cuma jawabnya aja B" Rini menjelaskan
" he....he....abis panjang banget keteranganya.  waktunya keburu abis" ucap Listi
Untuk sampai ke rumahnya,anak itu perlu waktu sekitar 25 menit. Ia dan Rini memang selalu pulang bersama karena rumahnya yang berdekatan. Kalau berangkat ,Listi sendirian,karena Rini selalu diantar oleh  bapaknya sebelum berdagang dikaki lima stasiun.
Listi bukan gadis yang malas,walaupun usianya masih 11 tahun,ia rajin membantu orang tuanya. Pulang sekolah,biasanya ia selalu ngangkut air dari sumur umum yang jaraknya sekitar 300 meter dari rumahnya. Mengisi bak tampungan dirumahnya. Dengan 2 buah ember isi 10 liter ia memikul air itu menggunakan bilah bambu yang dikasih tali tambang.. Ibunya membuat berbagai jenis jajanan pasar,sehingga memerlukan air yang tidak sedikit. Setelah makan siang biasanya ia melalukannya sampai jam 15.30 WIB. itupun kalau disumur tidak antri,sedangkan bapaknya pegawai negeri di kecamatan.
Listi anak bungsu dari tiga bersaudara, kakaknya yang pertama laki-laki,sudah kelas 2 SMK. Ia tinggal dengan mbah yang hanya sendirian di rumah.Seminggu belum tentu sekali dateng ke rumah. Mbahnya dagang sembako di pasar,berangkat subuh pulang magrib. Setelah tugas dirumahnya selesai,  Listi juga harus nganter makan malam si mbah, nyapu  ngepel rumah yang menurutnya begitu luas, pokoknya beres-bereslah. Ngerapiin kamar kakanya dan menukar bajunya yang kotor untuk dibawa pulang, nyiapin air panas kalo mbah pulang buat mandi.
Sepulangnya dia dari beres-beres dirumah mbah,Listi juga masih ditugaskan mengukus kue timus,buras,dan kue pisang. Sambil menyelesaikan kukusannya,dia biasanya mengerjakan PR atau mengulang lagi pelajaran yang diberikan oleh gurunya di kelas. Kukusan kadang selesai jam 9 malem.Kalau cuacanya cerah,ibunya sudah pergi nonton TV di rumah mbahnya dari abis magrib,apesnya kalo musim hujan,Listi juga harus menemani ibu dan kakaknya,karena mereka berdua takut dengan hujan dan petir.
Dalam perjalanan menuju rumah,kali ini mereka tak banyak bicara. Rini sesekali memetik bunga yang tumbuh disepanjang jalan. Sedangkan Listi kepikiran tugas dari gurunya,apa bisa selesai malam ini,belum lagi tugas-tugas yang menantinya sesampainya di rumah. Cuaca yang terik tak membuat mereka berpeluh, sepanjang jalan masih ditumbuhi pohon-pohon rindang. Memasuki febuari memang siklus cuaca di daerahnya panas pada siang hari,mulai hujan menjelang malam

                                                         **********************

Listi segera ke  kamar mandi,cuci kaki sekalian wudhu. Adzan dzuhur sudah terdengar. Kak Lisna masih didapur dengan kesibukannya membantu ibu membuat onde-onde. Sampai ashar nanti sudah dipastikan kakannya tidak bergeming dari tempatnya yang sekarang. He.....he......
Dari kamar aku mendengar suara ibu yang sedang mendengkur, jam 10 pagi dia baru pulang dari pasar,setelah menakar barang-barang yang akan dibuat kue,dan beres-besres belanjaan biasanya dia tidur dan baru bangun jam 2 siang. Kakak perempuannya sudah tidak sekolah lagi,saat ujian praktek agama menjelang UN SD kak Lisna dipukul guru agamanya karena tidak bisa sholat.Sejak diperlakukan demikian,dia ga mau lagi ke sekolah,bahkan ujian nasionalpun dia ga dateng. Sejak itu  ia hanya membantu ibu,karena uang yang dikasih ibu lumayan besar,ia lupa kesedihannya. Dari uang yang ia kumpulkan,kak Lisna bisa beli baju yang ia inginkan,bahkan traktir-traktir temennya di sekitar rumah kalo lagi jalan ke pasar atau nonton bioskop.

                                                          ***********************

Sholat dzuhur sudah, sekarang waktunya makan. Hmmmmm......nyami!! Ada cah kangkung,ikan tongkol dicabein,dan rendang padang. Disisi meja juga sudah tersiap rantang isi rendang dan tongkol.Itu pasti untuk si mbah dan kak Very.
" Ibu bilang, kamu ga usah anter nasi buat mbah,biar ibu yang bawa. nanti ada grand final Dangdut Mania" Kata kak Lisna
"Abis makan,bak belakang diisi sampe penuh,cucian piring didapur dibawa ke sumur aja biar ga terlalu capek ngangkut air" lanjutnya lagi
Aku mendengarkan kak Lisna terus nyerocos sambil menikmati makan siangku. Pedes banget tongkol sambelnya,sampe-sampe keringat membasahi keningku.
"Karna ibu yang bawa nasinya mbah,kamu yang ganti bungkusin timus sama kue pisang,kalo burasnya biar ibu yang bungkusin" jelas kakakku lagi
"Tehnya bapak disedu kalo bapak da nyampe rumah,udah disiapin ibu takarannya" tambahnya lagi
"Iya kak, emang ibu mau ke rumah mbah jam berapa? tanyaku singkat
" Jam 5,sinetron GGSnya dimajuin karena ada granfinal" jawab kak lisna
"Iya kak,nanti saya kerjain,biar saya yang bungkus makanannya,abis magrib nanti saya kukus sambil ngerjain PR" jelasku
Selesai makan aku langsung ke kamar mandi,air di bak masih ada setengah, aku cukup mengangkut 4 kali pikulan saja. Digerigen air minum juga masih penuh,berarti air yang tertampung dari hujan semalem cukup banyak. Begitu melirik ke tumpukan piring, disana ada dua bak gede piring kotor yang harus dicuci,makanya ibu menyuruhku nyuci disumur,kalo dicuci dirumah ga cukup air dua ember. Kusiapkan ember dan pikulan,dengan mengenakan celana pendek dan kaos oblongku,aku siap berangkat mengambil air. Jalanan juga sudah kering akibat ujan semalam,artinya pekerjaanku bisa aku selesaikan lebih cepat.

                                                          ****************
Bak  terisi penuh,ember yang kugunakan untuk memikul air juga sudah terisi air buat mandi bapak,sepulang kerja bapak biasanya melepas lelah dengan ngobrol dengan teman-temanya di gardu depan gang. Sejak deman batu mewabah di kampung kami,bapak juga ga mau ketinggalan. sepulang kerja bahkan sampe jam 9 malem ia ngasah batu di gardu. Kadang sampe lupa makan atau mandi malam. Koleksi bapak beragam jenisnya di lemari depan,kadang ada orang dari luar kampung yang datang khusus ke rumah melihat-lihat koleksi bapak,kalo cocok harganya kadang batu cincinnya terjual dengan harga tinggi.
Tugasku selanjutnya mencuci piring,aku pisahkan antara piring dan gelas kaca dalam bak terpisah,biar lebih enak menggotongnya, Untuk panci dan gerabah lainnya aku bawa duluan kesumur. Hari ini sumur umum ga begitu ramai,musim hujan dimanfaatkan warga untuk menampung air buat keperluan MCK. Air sumur digunakan untuk keperluan minum saja.Ini kali ke limanya aku menuju sumur umum yang lumayan jauh dari rumahku. Setelah membersihkan piring-piring ini aku mandi dan membungkus kue di rumah. Alhamdulilah kalo ibu yang kerumah mbah sekalian nonton TV,artinya malem ini aku terbebas dari menemani ibu nonton,dan aku bisa menyelesaikan catetan bahasa indonesia,dan menyalin kalimat

                                                         ***********************

Selesai urusan sumur,jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. aku lihat ibu sudah mandi dan membungkus buras dan telah disusun rapi di dandang pengukus, sedangkan sebaskom timus dan adonan kue pisang diwajan belum tersentuh.
"Kukus buras yang didandang dulu,sambil nunggu yang ini selesai,biar cukup dua kukusan,sayang gasnya" kata ibu membuka percakapan begitu melihatku mulai ambil posisi didapur
"Sementara menunggu kukusan,bungkusin dulu timusnya, jangan sampe robek daunya,nanti airnya meleber ke mana-mana" jelasnya lagi
"Pisang kalo kurang potongi lagi yang masih dikeranjang,satu sendok aja adonannya. Jangan dilebihin" sambungnya lagi
Ibu juga terlihat terburu-buru menyelesaikan bungkusan buras. Kak Lisna menyiapkan rantang yang akan di bawa ke rumah mbah. Dia juga sudah berdandan rapi.
Aku segera menyalakan kompor,dan mengangkat dandang yang berisi buras,mulai mengukus. Karena hanya punya satu dandang yang besar,terpaksa kukusannya harus diselesaikan beberapa kali. Sambil menunggu kukusan,aku mulai membungkus timus,adonannya tidak begitu banyak,sepertinya cukup satu kali kukusan. Begitu juga dengan kue pisang.
Tak lama,ibu pamit ke rumah mbah dengan tentengan ditangannya. Kak Lisna juga da siap dengan selimut dan bantal guling kesayangannya. "Xi.....xi....ntu orang mau nonton apa numpang tidur". Pikirku dalam hati
"Jangan lupa,seduh tehnya bapak kalo orangnya da pulang" ibu mengingatkan
"Kunci pintu dapur,nyalain lampu depan kalo da magrib" sambungnya lagi
"Iya bu" jawabku singkat
Setelah mereka berdua pergi,aku tetap ditempat dudukku semula,menyelesaikan tugasku. Membungkus makanan ini sampe selesai dan merapikannya ditampah agar bentuknya tetap cantik dan lekas dingin. Menjelang adzan magrib,bungkus membungkus selesai,kukusan buras sudah selesai,tinggal timus yang sudah siap didandang dan kue pisang yang masing di baskom. Kukusan aku lanjutkan usai magrib saja. Karna hari mulai gelap,seperti yang diperintahkan ibu,aku mengunci pintu belakang dan menyalakan lampu. Dari balik jendela,aku lihat motor plat merahnya bapak sudah ada didepan rumah,sepatunya juga sudah ada diruang tamu. Artinya bapak sudah pulang kantor dan lagi asik ngasah batu nih.                                                        ***************
Usai sholat magrib,aku nyalakan lagi kompor,kali ini ngukus kue timus, biar bener-bener matang ngukusnya harus sedilit lama. Sambil menunggu,aku makan malam dengan menu yang sama sewaktu makan siang tadi. Sesekali ngecek apa kukusanku sudah mateng apa belum. Nyuci peralatan dapur yang mulai menumpuk dan menyapu dapur agar terlihat bersih. Dirasa sudah beres semua,kukusan ketiga juga sudah mateng. Aku pindahkan ke tampah dan mengisinya kembali dengan kue pisang. Kue ini juga tidak perlu waktu yang lama,karena pada dasarnya adonannya sudah setengah mateng sebelum dibungkus. Setelah dandang terakhir nangkring diatas kompor,aku mulai mengambil buku dari kamarku. Menyalin kalimat sesuai perintah Bu Yenni. Jam sudah menunjuk ke angka 8 malem. Jam segini biasanya aku juga baru pulang dari rumah mbah. Dan mulai mengerjakan PR sambil meneruskan kerjaan ibu.
Aku mulai mengerjakan tugasku dimeja tengah,supaya bisa nengok ke dapur. Aku tulis dari baris ke baris urut kebawah dengan huruf kapital. Seratus kalimat banyak juga ya......satu lembar buku kecil hanya memuat 13 baris,aku sudah memyelesaikan 6 lembar. Artinya aku masih harus  menulis 22 kalimat lagi. Mataku mulai berat,aku memaksakan diri menyesaikannya karena bu Yenni mengancam,kalo tugas ini gak selesai,aku ga boleh ikut belajar. Meski tulisaku sudah mulai tak beraturan tetep aku paksakan mata dan tangan ini menyelesaikan tugasnya.

                                                                       ************
"Listiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!!!"
Aku terbangun oleh suara ibu yang lantang...."Dasar anak males...disuruh ngukus makanan ga becus,hampir kau bakar rumah ini " teriaknya begitu keras.
Aku kaget alang kepalang, bergegas beranjak ke dapur,kulihat dandang yang beisi kukusan tadi sudah dilempar ibu rupanya,isinya berantakan dilantai, pancinya aku lihat bolong karena kehabisan air.
"Ya Allah rupanya aku tertidur,untung kompornya otomatis mati sendiri,hanya makanannya yang ga bisa diselamatkan.
Aku merasa begitu ketakutan,rupanya ibu ga cukup memaki-maki aku. dia ambil sapu ijuk dan memukuli pahaku. Aku hanya diam dipojokan dapur. pasrah ga berani melawan. Kak Liska aku liat sibuk memungitin kue yang gosong tadi dan membuangnya ke tong sampah. Tanpa terasa mataku tak kuasa menahan derasnya air mata. Sakit sekali pukulan itu,dia mengerahkan seluruh tenaganya memukul aku.
"Sakit ya Allah......" bisikku menahan sakit yang amat sangat
Ibu meletakkan gagang sapunya,menuju meja ruang tengah dimana aku tertidur tadi. Dia mengambil buku tulisku,dan merobek-robeknya  menjadi beberapa bagian.
"PR aja yang diurusin, emang kalo sekolah pinter kamu bakal jadi orang kaya. Kalo ga ada yang bodoh seperti ibumu ini mana bisa kamu makan setiap harinya. Gaji bapakmu ga cukup buat kebutuhan kita" oceh ibu panjang lebar. Selalu kata-kata itu yang keluar dari mulut ibu kalo dia marah sama anak-anaknya.
Tas sekolahku juga dilempar ke luar rumah. Aku berdiri tertatih-tatih untuk mengambil tas itu. Pintu langsung ditutup ibu dari dalam,aku tak diijinkannya masuk. Karena suara tangisku yang mulai meledak,rupanya terdengar oleh bapak yang masih di pos ronda, Dia menghampiriku,mengelus-elus rambutku. Sejak kecil aku belum pernah mendengar teriakan bapak,apalagi sampai memukul anak-anaknya. Aku diajaknya masuk.....ibu yang masih ngomel-ngomel langsung diam melihat kedatangan bapak. Aku langsung disuruhnya masuk ke kamar,tas sekolahku juga dibawanya,dan diletakkan ditempat tidurku.
"Sudah jangan nangis,ibumu memang begitu. Tidur sana,sudah malam,kalo besok kesiagan, bisa ngamuk lagi ibumu" ucapnya sambil beranjak dari kamarku
Aku lihat jam dinding, ternyata sudah jam 1 malem." Ya Allah....rupanya aku tertidur lama sekali tadi" bisikku dalam hati penuh penyesalan.
Aku membaringakan tubuhku di kasur pelan-pelan. Pahaku memar-memar karena pukulan gagang sapu. Semangatku untuk melanjutkan menulis kalimat lagi juga sudah hilang. Aku hanya bisa menangis,semoga ada keajaiban esok hari. Bu Yenni ga marah-marah karena aku belum menyelesaikan 100 kalimat itu dan membiarkan aku ikut belajar. Aku hanya ingin sekolah. Tak perlu kuceritakan pada bu Yenni tenang kejadian malam ini. Semoga ada keaajaiban ya Allah......aku hanya ingin bisa sekolah" bisikku lirih. Lirih sekali........




Tidak ada komentar:

Posting Komentar