media dan sumber belajarnya sugianti bisri

Surat Kabar? Nasibmu di Ruang Tunggu

Sugianti Bisri | Sabtu, Agustus 22, 2015 |
Keberadaan smartphone memiliki fenomena tersendiri di kalangan masyarakat kita. Bahkan Indonesia merupakan pasar terbesar di dunia bagi para vendor benda yang satu ini. Berbagai aplikasi handphone merupakan daya tarik sendiri bagi masyarakat untuk membawanya ke mana pun dia pergi. Mulai dari layanan hiburan, edukasi, shopping, atau yang lainnya. Kehadirannya yang menawarkan kemudahan dan kecanggihan susah untuk diabaikan. Dengan mudah seseorang dapat berselancar di dunia maya untuk mengakses informasi yang dibutuhkan dengan cepat, mudah, dan murah. 

Tidak heran, jika kita berada di jalan, kantor, fasilitas umum, atau di ruang tunggu, aktivitas orang yang ada di sekitanya sudah jauh bergeser. Sangat jarang sekali ditemui orang-orang yang menunggu keberangkatan bis di terminal mengisi TTS/membaca koran harian yang sempat akrab di masyarakat kita dua puluh tahun terakhir. Sudah sangat jarang pedagang kaki lima di stasiun kereta, terminal bis atau di jalanan yang menjual kedua benda tersebut. 

Kejadian serupa juga terjadi di sekitar kehidupan perkantoran. Majalah bulanan, koran harian yang sudah dibayar oleh instansi/perusahaan tergeletak begitu saja. Lebih sadis lagi, sampai lewat masanya dan berganti yang baru tetap bersegel plastik. Suatu tanda kalau tidak ada yang menyentuh media informasi yang begitu penting dalam sisi kehidupan kita untuk memperluas informasi. 

Seperti saat ini. Di ruang tunggu ini ada empat orang yang terlihat sedang sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Orang pertama sejak pertama saya masuk ruangan ini, sudah saya lihat menggeser-geser telunjuk kanannya. Perhatiannya tertuju pada smartphone dengan merek terkenal yang ada di tangan kirinya. Sesekali keningnya berkerut, tiba-tiba senyum simpul sendiri. Orang kedua sedang berbicara serius dengan seseorang yang ada di seberang. Tak bergeser sedikit pun dari kursi yang ia duduki. Sepertinya ia terlibat pembicaraan yang serius. Tak terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Orang yang ketiga sedang sedikit berbeda, ia tertidur dengan pulasnya di sofa pojokan dengan tubuh yang setengah rebahan. Di telinganya terpasang earphone putih yang tersambung dengan HP di saku bajunya. Nyenyak sekali rupanya, entah karena suasana yang begitu hening atau karena kantuk yang begitu berat. Tinggallah saya, mengempaskan pantat sambil mengawasi sisi ruang di sini. 

Saya dari satu sudut ruang ini, melihat pemandangan yang sebetulnya sudah tidak membuat saya heran. Koran yang tergantung di tempatnya masih terlihat begitu licin. Masih perawan, belum tersentuh tangan sedikit pun. Suatu pemandangan biasa namun menarik untuk dijadikan objek bidikan. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah menggeser fungsinya yang pernah menempati sebagai benda yang paling dicari saat minum kopi, menemani mereka yang mulai jenuh menunggu di berbagai ruang tunggu transportasi umum, atau saat santai di ruang kerja. 

Kenapa budaya literasi masyarakat kita begitu menurun? Kehadiran smartphone sering dijadikan kambing hitam permasalahan ini. Hal ini mungkin benar adanya, akan tetapi tentu tidak sepenuhnya benar jika ada anggapan/persepsi bahwa kehadirannya di tengah masyarakat lebih membawa dampak negatif daripada positif. Segala sesuatu di dunia ini selalu hadir dalam dua sisi (positif dan negatif), tak terkecuali telepon selular, tinggal bagaimana kita mengelola agar sisi positif lebih dominan dibanding sisi negatifnya. 

Kita sepakat bahwa kecepatan dan ketepatan akses komunikasi tentulah merupakan hal yang sangat positif, melakukan komunikasi cepat dan tepat cukup dengan SMS atau media sosial lainnya. Menggali informasi lintas dunia cukup dengan smartphone yang ada dalam genggaman. Apalagi berbagai sisi ruang terbuka maupun gedung sudah melengkapi wifi untuk memanjakan pengunjungnya tanpa harus berlangganan paket internet. Ah, makin betah para pengguna smartphone mengakses segala sesuatu yang dibutuhkan tanpa harus mengelaurkan uang tambahan, apalagi menunggu orang sebelah selesai membaca (pengalaman banget nih beberapa waktu yang lewat. Tertarik dengan headline sebuah koran di ruang tunggu sampai cantegan menunggu koran selesai dibaca tetangga sebelah yang lebih dulu. Begitu dilepas pembaca, kereta sudah datang. Nasib!) Mau akses internet, HP yang dimiliki tidak secanggih sekarang ini. Suatu gambaran sosial, setiap perubahan tentu ada yang merasa ditinggalkan















Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.sugiantibisri.blogsot.com/surat-kabar-nasibmu-di-ruang-tunggu_55d7dd0a5b7b61b00ff6ebae
#Gerakan Indonesia Membaca dan Menulis  #Budaya Literasi  #Guru Mulia Karena Karya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar