media dan sumber belajarnya sugianti bisri

Cerpen 4

Sugianti Bisri | Sabtu, April 25, 2015 |
Kartinian Pertama Putriku

Sabtu,25 april 2015 merupakana puncak perayaan Kartini di sekitar wilayahku. Pihak sekolah memilih hari sabtu atau minggu dengan alasan agar orang tua si anak yang bekerja bisa mendampingi putra-putrinya. Begitu juga Taman Kanak-Kanak tempat anakku sekolah. Bagi putriku,ini merupakan pengalaman pertamannya,karena ia baru duduk di TK A. Semangatnya untuk ikut perayaan ini sudah berkobar jauh sebelum pelaksanaan. Sejak pihak sekolah memberi surat pemberitahuan kepadaku,dia sudah merencanakan  baju daerah mana yang akan dia kenakan nanti. Setiap hari seminggu sebelum hari H,aku juga diingatkan. Agar bisa menemaninya disekolah,karena dia tahu kalau sabtu biasanya mamanya kuliah. Dari awal aku sudah  memastikan,sabtu akan menemani  acara Kartinian pertamannya. Dia sangat senang sekali.
Hari yang dinanti-nantipun tiba. Subuh…putri kecilku sudah tidak sabar ingin berangkat,takut telat katanya. Padahal diundangan acara dimulai jam tujuh. Dengan maksud untuk membuat dia senang,selesai sholat aku persiapkan segala sesuatunya. Si bibik ikutan repot juga dibuatnya. Selalu diangatkan agar sepatunya tolong dibersihkan,mau dipakai kartinian.
Karena jarak dari rumah ke TK anakku tidak begitu jauh,masih di RT yang sama. Aku bisa melihat panggung yang sudah dipersiapkan pihak sekolah dari hari kamis sebelumnya. Jam tujuh aku lihat masih sepi,hanya beberapa panitia yang sibuk mondar-mandir. Aku menenangkan anakku untuk bersabar. Lebih baik menunggu di rumah dariapada kelamaan bengong disekolah yang masih sepi. Ia pun mengikuti saranku.
Jam delapan,jalanan mulai dipenuhi mobil yang parkir mengantarkan anaknya yang mau Kartinian di TK tempat nanakku. Melihat situasi yang sudah mulai ramai,akupun berangkat. Wah……anak-anak mengenakan baju profesi dan daerah yang beraneka ragam. lucu-lucu dan menggemaskan. Ibu-ibunya juga tidak kalah heboh,berdandan maksimal mulai dari yang mengenakan kebaya,baju syar’i, dan dan dandanan modern lainnya.
Aku memasuki gerbang,ada beberapa guru yang bertugas dan menyambut tamu di samping gerbang. Setelah tanda tangan daftar hadir dan mengambil snack anak-anak saya berencana mengambil tempat duduk. Di tenda yang sudah dipersiapkan panitia,terbagi dua bagian tempat duduk di situ. Untuk anak-anak dan orang tua yang mengantar. Aku  kebingungan di sini…..tempat duduk yang disediakan untuk anak-anak yang mungil berupa kursi plastik karakter sudah terisi penuh. Da kursi yang kosong,tapi diisi dengan tas orang yang duduk disampingnya. Rupanya bukan anaknya saja yang mengambil posisi di situ. Ibu-ibu yang merasa badannya masih kecilpun rupannya duduk di kursi yang mungil itu. Walau ada yang terlalu memaksakan diri,kursinya benggok tetap di duduki.
Ya sudahlah…..akhirnya aku  memilih kursi yang tersisa di pojokan untuk anakku. Aku sendiri memilih berdiri agak jauh dari dia karena tempatnya tidak memungkinkan untuk berdiri di sisinya. Ku perhatikan putri kecilku. Dia terlihat diam menyaksikan acara yang sudah di mulai. Dari awal dia tidak bertegur sapa dengan teman yang sampingnya,mungkin bukan teman satu kelasnya,lagipula yang berada disampingnya juga merasa terbebani dengan pakaian yang dikenakan. Sebentar-sebentar memperbaiki sanggulnya,kembennya yang kurang pas,dan si ibu tak henti-hentinya menyalakan kipas angin mini yang sudah dipersiapkan dari rumah.
Acara demi acara berlalu,setelah seremoni dll,kami karnaval mengelilingi komplek menuju jalan raya. Dibarisan juga ibu-ibu tidak mau lepas dari anak-anaknya. Kudengar beberapa kali guru yang membimbing barisan meminta agar orang tua mengambil posisi di samping anaknya,tidak ikut barisan anak-anak. Al hasil gurunya capek sendiri agaknya. Jadi barisan terlihat campur aduk antara orang tua dan wali murid. Yang berjalan di sampingku bergumam ” begitu Bun,emak-emak rempong di TK …..,susah di atur. Itu rombongan ibu-ibu yang setiap hari suka nongkrong di sekoalh” jelasnya panjang lebar. Oh…..saya cuma bisa nyengir.
Sesampai di  sekolah. Anak-anak mulai kegiatan lagi. Sesi Foto. Panitia menyaipkan ruang sesuai dengan kelasnya. Aku juga ikut mengantarkan si kecil. Di barisan kedua. Setelah  memposisikan anak di antrian,Aku  geser ke samping mencari tempat duduk. Aku  perhatikan ibu-ibu yang mulai masuk ikutan baris dengan anaknya,bahkan ada yang minta nambah foto berdua dengan anaknya. Awalnya aku  sabar ketika ada yang mendahului barisan anakku karena alasan mau segera pulang ada urusan atau lain-lain. Karena sudah hampir setengah jam berdiri anakku  belum juga berfoto,aku berdiri” Ibu sebenarnya yang antri anaknya saja,atau ibunya juga ikutan nih. Dari tadi anak saya di selak terus. Saya cuma ikut aturan awal kalau hanya anak yang diperbolehkan antri.” tegurku  pada guru yang menangani sesi foto di ruang ini. “maaf bunda,dari tadi ibu-ibunya susah di atur. semua pengen duluan” jawab petugas dengan muka yang terlihat lelah dan sedikit kesal.
Belum sempat berfoto,tiba-tiba kudengar nama anakku dipanggil untuk tampil ke panggung. Menampilkan lomba pianika. Si kecil mendengar namanya dipanggil langsung kabur ke atas panggung. Aku hanya memperhatikan dari jauh. Dia tampil dengan keenam teman lainnya. Sangat bersemangat sekali dia,kelompok ini juga pernah diikutkan lomba tingkat kodya dan mendapatkan juara 2. Setelah selesai tampil,walikelasnya menyambut anak yang turun satu persatu. Memberi salam dan mencium pipi mereka. Anak saya berada di barisan ke empat kalau tidak salah,di depannya berdiri anak perempuan yang siap menuruni tangga, dipanggil-panggil ibunya. Ketika anak yang di depannya turun,si wali kelas memberi salam….mencium….dan TOSSS katanya dengan suara yang agak keras. Aku yang berdiri beberapa meter dari tempat itu bisa mendengarnya dengan jelas. Si wali kelas menggendong anak itu….dan melangkah dari tempat berdirinya semula. Anakku  yang sudah siap untuk disalamin berikut ketiga teman yang lain bingung.” Ya…….Ibunya pergi”. Salah satu dari mereka ada yang bergumam. Aku  langsung tepuk tangan dan menghampiri anakku,semoga semangatnya tidak patah. “Adek hebat……main pianikanya jago banget” ujarku menghibur dia. Ibu ketiga teman yang lainnya juga melakukan hal yang sama.
Setelah saya menggandeng kembali anakku. Saya bertanya ” yang di di depan adek tadi siapa,yang pake baju merah” tanyaku. ” Itu Biah mah…..yang kalo dikelas suka marah-marah” jelasnya. Oh…..saya tidak melanjutkan pertannyan saya lagi. Saya mencari wali kelasnya karena mau pamit pulang. Ada MID tes jam satu dan harus siap-siap ke kampus
Pas ketemu wali kelas anakku. Aku lihat dia sedang asik ngobrol dengan ibu dari anak yang dia gendong dari panggung tadi. Karena aku  jarang ke sekolah ,kecuali kalau ada urusan tertentu,jadi aku  tidak kenal dekat dengan para orang tua. Meskipun ada grup BBM dan WA,aku  tegok sesekali saja. Kalau bukan ursan sekolah aku tidak pernah ikutan nimbrung di obrolan. Sebenarnya cukup mennganggu juga kedua grup ini,kalau aku tidak menonaktifkan data selulerku kalau lagi di kantor,bisa ngebul tuh HP. Semua hal jadi bahan obrolan disini,mulai dari makan di mana setelah menjemput anak,nyalon dimana, sampai ke menu masakan ibu-ibu rempong juga diposting ke grup. he…..he…..
Mengetahuai aku menghampirinya,si ibu langsung menyapa,basa-basi tanya kabar dan sebagainya. Aku pun tak mau berlama-lama disana dan ibunya si Bia terlihat juga masih ingin ngobrol dengan wali kelasnya, aku segera mengutarakan maksudku mau pulang lebih dulu. Dia berusaha menahan,ada sesi acara yang mau di mulai. Lomba tumpeng ibu-ibu perwakilan masing-masing kelas katanya dan makan siang bersama kataya. Aku minta maaf  karena tidak  bisa bergabung. Kebetulan anakku juga tidak berkeberatan di ajak pulang lebih awal. Kamipun melangkah meninggalkan si ibu wali kelas yang mulai ngobrol kembali dengan ibunya si anak yang tadi.
Ketika keluar gerbang,jalanan makin sempit dengan kendaraan roda empat. Aku  lihat ada mobil dengat plat pejabat  sedang memakirkan kendaraannya paling depan. Dari aku  masuk kesekolah ini, tempat itu di biarkan kosong. Aku  pikir khusus untuk parkiran pimpinan sekolah/yayasan gitu. Satpam sekolah TK anakku  buru-buru menghampiri mobil itu. Ketika si sopir turun dan membuka pintu belakang,ada laki-laki paro baya yang keluar dari mobil mewah itu. ” Ma…..itu kan papanya Bia” kata anakku.  Aku menoleh kearah yang ditunjuk anakku. Rupanya orang yang dimaksud “Papanya Bia” adalah orang yang turun dari mobil mewah dengan plat pejabat itu. Oh……ujarku sambil meninggalkan gerbang itu.
Sesampainya di rumah anakku langsung bercerita dengan kakak dan papanya. “Asik tau Kartiniannya,tadi aku tampil lagi di panggung main pianika. Kan aku menang lomba di ancol dulu” ceritanya penuh semangat.” Tapi aku disalaman sama bu Rani,dianya pergi sama Bia” lanjutnya lagi dengan muka kecewa. Dengan sedikit bingung dengan kalimat terakhir yang diucapkan anaknya. Suamiku langsung memberi selamat dan meggendong putri kecilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar