media dan sumber belajarnya sugianti bisri

Inti Sari Perkuliahan Filsafat Ilmu

Sugianti Bisri | Rabu, Maret 18, 2015 |
Filsafat Ilmu
I.Pengertian Filsafat Ilmu
a. Definisi Filsafat ilmu
Filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.Definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini:
1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2.Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda)
3. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
4. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.

Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa yaitu tentang hakikat Tuhan, hakikat alam semesta, dan hakikat manusia,serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut.

b.Cakupan dan Permasalahan Filsafat
1. Ontologi,
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1. kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.
Ontologi adalah hakikat yang Ada (being, sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran.


b. Epistimologi
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.Filsafat Muslim membagi epistemologi berdasarkan objeknya menjadi 2 bagian yakni :
1. Khuduri : Hadirnya sesuatu ke dalam dirinya sendiri, contoh : lapar, sedih, dll2. Khusuli : Hadirnya sesuatu dari luar dirinya sendiri (harus ada bendanya terlebih dahulu), contoh : Melihat bentuk gunung, dsb
Epistemologi berdasarkan subjeknya terbagi menjadi :
1. Akal
2. Panca Indera
3. Konsepsi (Gambaran tentang sesuatu yang apa adanya)
4. Imajinasi (Konsep benda yang tidak berhubungan dengan benda yang dituju )
3. Aksiologi
Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral.

II. Kearah Pemikiran Filsafat
a.Sejarah Perkembangan Filsafat
Pada Zaman Yunani
Pada filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola pikir motosentris adalah pola pikir masyarakat yang mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam.
Pada Zaman Islam
Penyampaian Filsafat Ilmu Yunani ke Dunia Islam
Dalam perjalanan ilmu dan juga filsafat di dunia islam, pada dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan sering kali ekstrim antara pandangan filsafat yunani seperti plato dan Aristoteles, dengan pandangan keagamaan dalam islam yang seringkali menimbulkan benturan-benturan. Al-Farabi dalam hal ini memiliki sikap yang jelas karena ia percaya pada kesatuan filsafat dan bahwa tokoh-tokoh filsafat harus bersepakat diantara mereka sepanjang tujuan mereka adalah kebenaran.
Masa Islam Klasik
Satu hal yang patut dicatat dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu dalam islam adalah peristiwa Fitnah al-Kubra, yang ternyata tidak hanya membawa konsekuensi logis dari segi poitis seperti yang dipahami selama ini, tapi ternyata juga membawa perubahan besar bagi perkembangan ilmu di dunia islam, pasca terjadinya Fitnah al-Kubra, muncul berbagai golongan yang memilki aliran teologis tersendiri pada dasarnya berkembang karena alasan polotis. Pada saat itu muncul syiah yang membela Ali, aliran Khawrij dan aliran Muawiyah.
Tahap penting beikutnya dalam proses perkembangan dan tradisi keilmuan islam ialah masuknya unsure-unsure dari luar ke dalam islam, khususnya unsure-unsur budaya Perso-Semitik (Zoroasrianisme-khususnya Mazdaisme, serta yahudi dan Kristen) dan budaya Hellenisme. Yang disebut belakangan mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran islam ibarat pisau beramata dua. Satu sisi ia mendukung jabariyah (atara lain oleh Jahm Ibn Safwan), sedang disisi lain ia mendukung Qadariah (antara lain Washil Ibn Atha’, tokoh dan pendiri Mu’tazilah).

Masa Kejayaan Islam
Pada masa kejayaan islam, khususnya pada masa pemerintahan Dinasti Ummayah dan Dinasti Abbasiyah, ilmu berkembang sangat  pesat. Kemajuan ini membawa islam pada masa keemasannya, dimana pada saat yang sama wilayah-wilayah yang jauh dari kekuasaan islam masih berada pada masa kegelapan peradaban.
Salah satu bukti nyata adalah kitab al-Syifa, sebuah ensiklopedi filsafat arab yang terbesar, yang berisi empat bagian. Bagian I mengenal logika, bagian II tentang fisika, bagian III tentang matematika, dan bagian IV tentang metafisika..
Masa Keruntuhan Tradisi Keilmuan Dalam Islam
Abad ke-18  adalah abad yang paling menyedihkan bagi umat islam dan memperoleh catatan buruk bagi peradaban islam secara universal. Dalam bukunya, The Recosntruction of Religious Thoughtin Islam Iqbal menyatakan bahwa salah satu penyebab utama kematian semangat ilmiah di kalangan umat islam adalah diterimanya paham Yunani mengenai relaitas yang pada pokoknya bersifat statis, sementara jiwa islam adalah dinamis dan berkembang.

 Zaman Renaisans dan Modern.
 Masa Renaisans (Abad ke-15-16)
 Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubhan yang mengandung arti
 bagi perkembngan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi
 terhadap keesaan dan supremasi gereja katolik roma, bersamaan dengan berkembangnya humanisme.
 Zaman ini juga merupkan penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu.. penemuan percetakan (kira
 kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492 M) oleh Columbus memberikan dorongan lebih
 keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali sastra di inggris, prancis, dan spanyol
 diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard.
  Zaman Modern (Abad 17-19 M)
  Secara singkat dapat ditarik sebuah sejarah ringkas ilmu-ilmu yang lahir saat itu. Perkembngan ilmu
  pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika. Di abad
  ke-9 lahir semisal pharmakologi, geofisika, geormophologi, palaentologi, arkeologi dan sosiologi.
  Abad ke-20 mengenal ilmu teori informasi, logika matematika, mekanika kuantum, fisika nuklir,
  kimia nuklir, kimia nuklir, radiobiologi, oceanografi, antropologi budaya, psikologi dan sebagainya.
  Sekitar tahun 1990-1914 terjadi berbagai perubahan berdasarkan teori kenisbian. Sedangkan pada
  abad XX, aliran filsafat banyak sekali sehingga sulit digolongkan, karena makin eratnya keja sama
  internasional. Namun sifat-sifat filsafat pada abad ini lawannya abad XIX, yaitu anti positivistis,
  tidak mau bersistem, realistis, tidak mau menitikberatkan pada manusia, pluralistis,
  antroposentrisme, dan pembentukan subjektivitas modern.

  Zaman Kontemporer
  Yang dimaksud dengan zaman kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun terakhir yang  kita jalani hingga saat sekarang ini. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman    modern dengan zaman kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu  yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer memfokuskan sorotannya      pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang.
  b.Ilmu dan Filsafat
  Ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘alama. Arti dasar dari kata ini adalah pengetahuan.
  Penggunaan kata ilmu dalam proposisi bahasa Indonesia sering disejajarkan dengan kata
  Pengetahuan yang dipakai dalam bahasa Indonesia, kata dasarnya adalah “tahu” Secara umum
  pengertian dari kata “tahu”ini menandakan adanya suatu pengetahuan yang didasarkan atas
  pengalaman dan     pemahaman tertentu yang dimiliki oleh seseorang.
  Ilmu sedikit berbeda dengan pengetahuan. Ilmu tidak memerlukan kepastia
  kepingan-kepingan pengetahuan berdasarkan satu putusan tersendiri, ilmu justru
   menandakanadanya satu keseluruhan ide yang mengacu kepada objek atau alam objek yang
   sama salingberkaitan secara logis.
   Batas antara filsafat dan ilmu pengetahuanboleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi
   semua ilmu. Tetapi perkembangan daya pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada
   tingkat praksis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu
   lahir dari filsafat, tetapi dalam perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang
   didukung dengan kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah
   kajian filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal
   perkembangannya,dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika
   kemudian muncul
   Untuk melihat hubungan antara filsafat dan ilmu, ada baiknya kita lihat pada perbandingan antara
   ilmu dengan filsafat dalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992)

Ilmu
Filsafat
Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti


Obyek penelitian yang terbatas

Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai tertentu.

Bertugas memberikan jawaban
Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan

Keseluruhan yang ada


Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan , religi, kesusilaan, keadilan dsb

Bertugas mengintegrasikan 








        



III.Filsafat Membangun Manusian Berkarakter
Karakter adalah  Sifat seseorang yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, kemampuan, bakat, potensi, nilai-nilai, dan pola pikir.. Karakter merupakan struktur antropologis manusia, tempat di mana manusia menghayati kebebasannya dan mengatasi keterbatasan dirinya. Struktur antropologis ini melihat bahwa karakter bukan sekedar hasil dari sebuah tindakan, melainkan secara simultan merupakan hasil dan proses. Karena itu, tentang karakter seseorang kita hanya bisa menilai apakah seorang itu memiliki karakter kuat atau lemah. Apakah ia lebih terdominasi pada kondisi-kondisi yang telah ada dari sononya atau ia menjadi tuan atas kondisi natural yang telah ia terima. Orang yang berkarakter  mampu membangun dan merancang masa depannya sendiri. Ia tidak mau dikuasai oleh kondisi kodratinya yang menghambat pertumbuhannya. Sebaliknya,ia menguasainya, mengembangkannya demi kesempurnaan kemanusiaannya.

Untuk meraih derajat keunggulan atau kualitas hidup yang paripurna (meraih hakikat kebahagiaan hidup lahir dan batin). Berkaitan dengan hal ini maka kegunaan (nilai pragmatis atau aksiologi),antara lain:
1.Dengan berfilsafat seseorang akan lebih menjadi manusia, karena dengan mempelajari filsafat seseorang akan terus melakukan perenungan diri dan menganalisis tentang hakikat jasmani dan rohani manusia secara mendalam.
2.Dengan berfilsafat seseorang akan mampu memahami makna hakikat hidup manusia dalam hubungannya: manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhannya, baik pada level kehidupan pribadi (micro) maupun level masyarakat atau bangsa (macro).
3.Dengan berfilsafat, seseorang akan terpola (terbentuk) kerangka berpikirnya secara kritis, objektif, logis, dan sistematis serta cerdas dalam memahami segala hakikat fenomena hidup yang dia hadapi. Dengan demikian manusia akan sanggup memecahkan beragam persoalan kehidupan dengan baik.
4. Dengan berfilsafat manusia selalu dilatih, dididik untuk berpikir secara universal,  multidimensional, komprehensif, dan mendalam.
5. Belajar filsafat akan melatih seseorang untuk mampu meningkatkan kualitas berpikir secara mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter, tidak mudah terpengaruh oleh faktor eksternal, tetapi disisi lain tetap mampu mengakui harkat martabat orang lain.
6. Belajar filsafat akan memberikan dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis atau pemahaman akan hakikat kesatuan semua pengetahuan, dan hidup manusia akan dipimpin oleh pengetahuan yang baik. Karena berpikir filsafat akan selalu mendorong seseorang untuk membangun keterbukaan berpikir, ketelitian dan analisis terdalam, dan selalu terdorong untuk melakukan inovasi berdasarkan penemuan terbaru (invention) (Johnstone,H.W. 1968; Tafsir, 2004; Sudiarja, dkk. 2006)[1]

IV. Cabang-cabang Filsafat
a.Metafisika
Metafisika digunakan untuk menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles. Dimana didalam metafisika terdapat persoalan -persoalan yang dapat di rinci menjadi 3 macam yaitu:
1. Ontologi
2. Kosmologi
3. Antropologi
Aliran -aliran dalam metafisika cabang-cabang filsafat menimbulkan aliran-aliran filsafat sebagai berikut :
1. Segi kuantitas; ononisme aliran filsafat yang menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan yang terdalam (yang funda mental), dualisme aliran yang menyatakan adanya dua substansi pokok yang masing-masing berdiri sendiri. Pluralisme aliran filsafat yang tidak mengakui adanya satu substansi atau hanya dua substansi melaikan mengakui adanya banyak substansi .
2. Dari segi kualitas, dari segi kualitasnya yaitu dipandang dari segi sifat nya maka terdapat beberapa aliran filsafat yaitu: spritualisma aliran filsafat yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam alam semesta yaitu roh,Materialisme aliran filsafat yang menyatakan bahwa tidak ada hal yang nyata kecuali materi.
3. Dilihat dari segi proses terdapat beberapa aliran yaitu;Mekanisme dimana mekanisme ini berasal dari bahasa yunani mechan(mesin).menurut aliran ini semua gejala atau pristiwa seluruhnya dapat diterangkan berdasarkan pada asas-asas mekanis(mesin),Telelogis aliran ini tidak mengingkari hukum sebab akibat, tetapi bependirian bahwa yang berlaku dalam kejadian alam bukanlah hukum sebab akibat tetapi awal mulah nya memang ada sesuatu kemauan, Vitalisme menyatakan bahwa hidup tidak dapat di jelaskan secara fisik kimiawi .
b. Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa yunani episteme(pengetahuan). Secara umum epistemologi yaitu cabang filsafat yang membahas tentang hakikat pengetahuan manusia, yaitu tentang sumber, watak dan kebenaran pengetahuan.
1. Rasionalisme
Aliran rasionalisme berpendapat bahwa ssemua pengetahuan beersumber pada akal fikiran atau ratio. Tokoh-tokoh nya antara lain sebagai berikut: Rene Descartes (1596-1650), ia membedakan ada nya tiga idea yaitu:innate ideas (ide bawaan), yaitu sejak manusia lahir. Adventitous ideas, yaitu idea-idea yang berasal dari luar manusia, dan idea yang dihasilkan oleh fikiran itu sendiri yaitu di sebut faktitious ideas. Tokoh rasionalisme yang lain adalah spinoza (1632-1677), Leibniz (1646-1716).
2. Empirisme
Empirisme adalah aliran ini menjelaskan bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman indra.
3.Realisme
Realisme yaitu suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa objek-objek yang kita serap lewat indra adalah nyata dalam diri objek tersebut. Objek-objek tersebut tidak tergantung pada subjek yang mengetahui atau tidak tergantung pada fikiran subjek.
4. Kritisme
Kritisme yang enyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiris (yang meliputi indra dan pengalaman). Kemudian akal menempatkan, mengatur dan menertibkan dalam bentuk-bentuk pengamatan yakni dalam ruang dan waktu.
5. Positivisme
Positivisme dengan tokohnya August Comte yang memiliki pandangan sebagai berikut : sejarah perkemabnagan pemikiran umat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu (1) theologis yaitu manusia masih dipercaya dengan pengetahuan atau pengenalan yang mutlak. Manusia pada tahap ini masih dikuasai oleh tahyul-tahyul, sehingga subyek dan objae tidak bisa dibedakan, (2) metafisis yaitu pemikiran manusia berusaha memahami dan memikirkan kenyataan, akan tetapi belum mampu membuktikian dengan fakta,(3) positiv yang ditandai dengan pemikiran manusia untuk menemukan hukum-hukum dan saling hubungan lewat fakta. Maka pada tahap inilah pengetahuan manusia dapat berkembang dan dibuktikan lewat fakta. (Harun Hadi Wijono, 1983 : 110 : dibandingkan dengan Ali Mudhofir, 1985 : 52).
6. Skeptisisme
Skeptisisme menyatakan bahwa penyerapan indra adalah bersifat menipu atau menyesatkan. Namun pada zaman modern berkembang menjadi skeptisisme metodis (sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu pengetahuan diakui benar. Tokoh-tokohnya adalah Rene Descartes (1596 – 1650)

7. Pragmatisme
Pragmatis aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan namun mempertanyakan tentang pengetahuan dengan manfaat atau guna dari pengetahuan tersebut dengan kata lain perkataan kebenaran pengetahuan hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu perbuatan.
c. Metodologi
Membahas tentang metode terutama dalam kaitannya dengan metode ilmiah. Hal ini sangat penting dalam ilmu pengetahuan terutama dalam proses perkembangannya. Misalnya metode ilmiah dalam ilmu sejarah, dalam ilmu sosiologi, dalam ilmu ekonomi dan sebagainya.
d. Logika
   Logika adalah ilmu yang mempelajari pengkajian yang sistematis tentang aturan-aturan untuk menguatkan sebab-sebab mengenai kesimpulan (Titus, 1984 : 18). Logika pada hakekatnya mempelajari teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan-bahan tertentu, atau dari suatu premist.
e. Etika
Etika atau filsafat prilaku sebagai satu cabang filsafat yang membicarakan tindakan manusia dengan penekanan yang baik dan yang buruk. Terdapat dua hal permasalahan yaitu : menyangkut tindakan dan baik buruk apabila permasalahan jatuh pada tindakan, maka etika disebut sebagai “filsafat normatif”.Etika dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: etika deskriftif.etika normatif, dan etika metaetika.
f. Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang membahas tetang keindahan. Estetika membicarakan tentang definisi, susunan dan peranan keindahan. Kata estetika beerasal dari bahasa yunani 'Aesthetikaos' yang artinya bertalian dengan penjeratan (pengindraan). Apakah fungsi keindahan dalam kehidupan kita? Apakah hubungan antara yang indah dengan yang baik dan lain sebagainya?[2]

V.Dasar-Dasar Pengetahuan
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Metode penelitian merupakan faktor utama yang terdapat dalam pendekatan penelitian.Metode ilmiah  atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut kemudian diuji dengan melakukan eksperimen.Umumnya terdapat empat karakteristik penelitian ilmiah 
1.    Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks. Penelitian didefinisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang sistematik. McMillan dan scumacher (1989) dalam Wiersma(1991:7) mendefinisikan penelitian sebagai “suatu proses sistematik pengumpulan penganalisisan informasi  (data) untuk berbagai tujuan”. Sementara Kerlinger (1990: 17) mendefinisikan penelitian ilmiah sebagai “penyelidikan sistematik, terkontrol, empiris, dan kritis tentanng fenomena sosial yang dibimbing oleh teori dan hipotesis tentang dugaan yang berhubungan dengan fenomena tersebut”.
2.    Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bias dengan prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus), atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3.    Empirik
Artinya suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan empirik ada tiga yaitu (1)    hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).(2) hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu,(3) hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan,melainkan ada penyebabnya.
4.    Replikatif
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di uji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variable menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
VI.Ontologi,Epistomologi,dan Aksiologi
a.Ontologi (What is)
Ontologi adalah membicarakan tentang hakikat objek, hakikat ‘apa’, hakikat ‘segala sesuatu’. Jadi, hakikat ontologi filsafat adalah ‘membicarakan tentang hakikat objek filsafat, atau hakikat tentang ‘apa’ filsafat itu, atau hakikat filsafat itu sendiri, atau hakikat ‘segala sesuatu’, atau struktur filsafat’. Beberapa contoh permasalahan berikut yang merupakan bagian dari ontologi filsafat, antara lain:(1) apakah ilmu? (2)Apakah yang ditelaah ilmu?,(3)Apa objek kajiannya?,( 4)Bagaimanakah yang menjadi objek kajiannya?

b.Epistomologi (How to Get?)
Epistemologi adalah cara atau metode atau prosedur dalam memperoleh pengetahuan. Jadi, hakikat epistemologi filsafat adalah ‘suatu cara atau metode atau prosedur dalam memperoleh pengetahuan filsafat yang bisa dipertanggungjawabkan’. Menurut Anton Bakker, dalam bukunya tentang ‘Metode-Metode Filsafat’ (1984) dijelaskan, bahwa dalam hal metode penelitian filsafat sering dicampuradukkan dengan metode-metode penelitian ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi, ilmu sejarah, ilmu politik, ilmu psikologi, ilmu agama, ilmu pendidikan dan sebagainya, hal ini tentu kurang tepat.
Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: (1) Bagaimana proses yang meyakinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu? (2) Bagaimana prosedurnya,metodologinya? (3) Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar  mendapat pengetahuan dan ilmu?

c .Aksiologi
Aksiologi adalah ilmu yang membahas tentang ‘hakikat fungsi, atau manfaat filsafat bagi kehidupan dalam segala aspeknya, atau nilai pragmatis, atau aspek kemaslahatan bagi kehidupan ummat manusia’. Jadi, hakikat aksiologi filsafat, adalah ‘fungsi atau manfaat filsafat bagi kehidupan ummat manusia dalam proses kehidupan sehari-hari, untuk mencapai kualitas kehidupan dalam segala aspeknya’. Berdasarkan banyak literatur filsafat, penulis dapat mengelompokkan tentang fungsi atau kegunaan filsafat (aksiologi filsafat), menjadi dua antara lain: fungsi atau kegunaan secara umum; dan fungsi atau kegunaan secara khusus.Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: (1)Untuk apa ilmu itu digunakan? (2)Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan dan ilmu tersebut?


VII. Substansi Filsafat Ilmu
Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.
1.Fakta atau kenyataan
Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.
-Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu  dengan sensual lainnya.
-Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama,    menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena.  Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.
-Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema    rasional, dan
-Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan  obyektif.
-Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.
Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.
2. Kebenaran (truth)
Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982).
a. Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental.
b.Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
c.Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
d.Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
e.Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.
f.Kebenaran struktural paradigmatik
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
3.Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
4.Logika inferensi
Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik.

VIII.Pengembangan dan Penerapan Teori
Pengetahhuan dalam kehidupan manusia membawa kecenderungan berpikir bahwa ilmudan teknologi dapat menyelesaikan segala-galanya. Padahal terlalu sering terjadi bahwa problem yang ditimbulkan oleh penerapan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi dalam kehidupan manusia sehari-hari bukanlah problem-problem teknis ilmiah, melainkan problem yang mempunyai kandungan moral.Masyarakat hidup dari, dengan, dan melalui hasil-hasil ilmu pengetahuan, tetapi ada sebuah jurang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mungkin membuat semua pencapaian material dan ( sebagian ) yang non-material di sekitar kita. Kemajuan yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini serta keberhasilan menerapkan menerapkan pandangan-pandangan dan temuan-temuannya, bukanhanya memperluas cakrawala dan memperdalam kepahaman manusia mengenai alam semesta,tetapi juga telah meningkatkan kemampuan kontrol manusia ataskekuatan alam bahkan atas kesadaran manusia lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan telah memberikan kepadamanusia kekuasaan yang semakin besar atas realitas.Tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi membawa juga bersamanya berbagai problem baru yang memprihatinkan yang menuntut kehendakuntuk menyelesaikan, serta sering kali tidak tertunda.

S E L E S A I




4 komentar: